Untuk mencapai sekolah tersebut pun, medan yang dilalui tidaklah mudah.
Jalanan yang belum sepenuhnya beraspal membuat jalan menuju sekolah ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki atau kendaraan roda dua.
Kondisi bangunan sekolah pun rupanya jauh dari kata layak.
Bayangkan saja untuk disebut sebagai bangunan sekolah, SDN Kepiketik sungguh membuat miris siapapun yang melihatnnya.
Bangunan sekolah tersebut dibangun dari bahan kayu dan bambu seadanya tanpa jendela maupun pintu.
Bahkan bangunan sekolah tempat Maria mengajar sehari-hari itu kondisinya sudah doyong (miring) dan nyaris rubuh.
Satu kelasnya pun hanya terdiri dari 4 meja dengan 8 buah kursi kayu.
Bila hujan datang, setengah bagian kelas yang tidak tertutup atap asbes akan basah oleh derasnya air hujan.
Seolah belum cukup penderitaan yang harus dilalui Maria sebagai guru, rupanya upah yang diterima guru honorer ini pun tidak sebanding dengan beban kerja dan keringat yang ia kucurkan.