Follow Us

Kisah Budi Soehardi, TInggalkan Profesi Pilot Demi Jadi Petani Sekaligus Jadi Ayah dari Ratusan Anak di NTT, Dapat Penghargaan CNN Hero

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Sabtu, 02 November 2019 | 13:55
Kisah Budi Soehardi, TInggalkan Profesi Pilot Demi Menjadi Petani Sekaligus Jadi Ayah Dari Ratusan Anak di NTT, Dapat Penghargaan CNN Hero
Kolase (Basuko) via TribunManado/Tangkapan Layar Youtube

Kisah Budi Soehardi, TInggalkan Profesi Pilot Demi Menjadi Petani Sekaligus Jadi Ayah Dari Ratusan Anak di NTT, Dapat Penghargaan CNN Hero

Sosok.ID - Telah lewat enam bulan bantuan mengalir untuk para pengungsi eks Timor Timur di Atambua.

Namun, Kapten Budi Soehardi dan Istrinya, Rosalinda Panagia Maria Lakusa atau Peggy, sapaannya merasa masih kurang.

Bantuan apa saja yang sampai disana, baik makanan, obat-obatan hingga pakaian seakan tak berbekas.

Karena itulah pasangan suami istri ini kemudian mengevaluasi kegiatan sosial mereka disana.

Baca Juga: Dituduh Lakukan Oplas, Lucinta Luna Buka Suara Soal Kecelakaan yang Menimpanya : Itu Aku Ketiban Durian Runtuh di CFD

Saat melihat banyaknya anak-anak yang menjadi korban konfilik di Timor Timur kala itu membuat Budi dan Peggy tertegun.

Ia melihat ada harapan terpancar dari sinar mata anak-anak pengungsi eks Timur Timur itu kelak dikemudian hari.

Bahkan dari sorot mata anak-anak tersebut, pasangan suami istri ini mempercayai akan ada agen-agen perubahan di masa depan.

Namun orang tua dari tiga orang anak ini melihat pengungsian bukanlah tempat yang tepat untuk tumbuh kembang anak mereka.

Bertolak dari kesadaran ini, ia lalu menyiapkan sebuah pendekatan baru, pendekatan transformatif.

Baca Juga: Miris! Demi Bisa Bayar Pengobatan Adik, Wanita Ini Rela Makan Nasi Pakai Sambal Tiap Hari Selama Bertahun-tahun, Kondisinya Sangat Memprihatinkan

Bertolak dari keyakinan tersebut, meski tanpa pengetahuan dan pengalaman mengelola lembaga sosial, Budi dan Peggy nekad membuka panti asuhan.

Panti Asuhan ini diberi nama Roslin yang merupakan akronim yang diambil dari dua nama: Rosalin (Ros) dan Violin (lin).

Budi di tengah-tengah murid Bina Bangsa School Kebon Jeruk, Jakarta usai memberikan sharing yang sangat menginspirasi.
(Basuki) via Tribun Manado

Budi di tengah-tengah murid Bina Bangsa School Kebon Jeruk, Jakarta usai memberikan sharing yang sangat menginspirasi.

Rosalin adalah nenek Peggy, sementara Violin tak lain adik dari neneknya.

Dua sosok ini berperan penting dalam menyemai nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong Peggy aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan filantropi.

Panti Asuhan Roslin dirintis dengan menyewa sebuah rumah pada 1999, ketika awal dibuka, ada 4 bayi yang dirawat.

Bayi-bayi tersebut terlantar dan tidak ada yang mau mengurus. Kondisi mereka mengenaskan.

Baca Juga: Tak Mampu Lunasi Hutang yang Menggunung, Pria Ini Pinjam Uang ke Pacarnya, Saat Ditagih Malah Pura-pura Meninggal

Makin hari bayi yang diasuh makin bertambah hingga pada tahun 2002 mereka harus memutuskan untuk membangun sendiri tempat permanen panti yang dananya diambil dari sebagian gaji pilot yang rutin ia sisihkan.

Makin hari PA Roslin makin berkembang, bahkan pernah jumlah anak mencapai hingga 150 orang.

Sebelumnya saat awal merintis Panti Asuhan, Budi tetap bekerja sebagai pilot.

Ia pernah jadi juru mudi Garuda Indonesia (19767-1989), Korean Air (1989-1998) hingga Singapore Airlines (1998-2015).

Sejak dini, Budi berusaha memperlengkapi anak asuhnya dengan life skills, menanamkan semangat juang, kerja keras, kepercayaan diri, tanggung jawab, kejujuran dan sikap saling mengasihi.

Baca Juga: Susul Langkah Gisel, Raffi Ahmad Siap Perkarakan Kasus Video Syur Nagita Slavina, Rela Terbang ke Bali Demi Temui Pengacara Keluarga Cendana

Permasalahan pasangan suami istri ini tak hanya di situ saja, mereka juga harus berpikir keras ketika Budi berhenti dari pekerjaan yang telah menjadi mata pencahariannya berpuluh-puluh tahun.

Tidak hanya membekali anak-anak dengan ilmu pertanian, Budi juga mewajibkan anak-anak asuhnya untuk bersekolah.

Ia yakin benar, akses pendidikan yang berkualitas merupakan jalan terbaik untuk meretas kemiskinan.

Demi menghidupi idenya ini, pada 2013, Budi mendirikan Sekolah Roslin.

Tanah tandus berbatu sebelum diolah.
(Basuki) via Tribun Manado

Tanah tandus berbatu sebelum diolah.

Tak ada pungutan biaya untuk murid sekolah itu, bahkan mereka diberi susu dan makanan gratis setiap hari.

Pada tahun 2015 sesaat setelah ia memutuskan berhenti sebagai pilot, pasangan suami istri ini harus memutar otak bagaimana bisa menghidupi keluarga sekaligus dengan Panti Asuhan yang berisi 100 anak lebih.

Untuk menjadi seorang petani di sekitar Panti Asuhan itupun susah sebab unsur tanah yang ada disana tidak dapat mendukung untuk bercocok tanam.

Saat menyadari bahwa tanah tempat tinggalnya sebagai tanah tandus berbatu, ia pantang mengeluh.

Dengan tekun, sedikit demi sedikit, batu-batu yang ada ia singkirkan menggunakan palu godam atau belencong.

Baca Juga: 6 Tahun Silam Diciduk Atasan Ayahnya Gegara Terjerat Narkoba, Raffi Ahmad Sempat Mewek Digiring Polisi Masuk Sel Khusus

Tanah yang sudah bebas dari batu dan semak belukar ini lalu diberi pupuk buatan sendiri.

Dengan pengalaman dan pengetahuannya yang diperoleh secara autodidak, Budi kemudian mengajari anak-anak untuk bercocok tanam.

Menteri Sosial Juliari P. Batubara berbincang dengan Budi Soehardi di ruang kerja Mensos, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
(dok. Kemensos)

Menteri Sosial Juliari P. Batubara berbincang dengan Budi Soehardi di ruang kerja Mensos, Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Melansir dari TribunManado.co.id (7/2/18), anak-anak mereka di Panti Asuhan bahkan sekarang telah banyak yang lulus dan memiliki profesi yang tak bisa dianggap remeh.

“Kami sekarang mengasuh 116 anak. Sebanyak 98 tinggal di PA Roslin Kupang, sementara 18 lainnya bersekolah di Jakarta. Dari anak-anak yang kami asuh, beberapa di antaranya telah lulus dari perguruan tinggi. Ada yang tamat dari kedokteran, keperawatan gigi, pertanian dan IT. Tahun ini, ada 4 atau 5 anak lagi yang akan wisuda sarjana,” ujarnya bangga, dikutip dari TribunManado.co.id (7/2/18).

Kerja kerasnya untuk menetaskan anak-anak di daerah tandus tersebut membawanya meraih penghargaan CNN Heroes 2009.

Dilansir dari Kompas.com, Budi Soehardi dan sang istri telah berhasil mengembangkan daerah ekowisata di Desa Oenaek, Nusa Tenggara Timur (NTT).

(*)

Source : Kompas.com, TRIBUNMANADO.CO.ID

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Baca Lainnya

Latest