Almarhum Saridi berjenis kelamin laki-laki dan memiliki dua orang anak, Tami dan Atim.
Saridi adalah saudara tertua, kemudian Siti, dan Simah sebagai anak bungsu.
Dua saudara kandung lainnya, dikatakan Simah sudah meninggal dunia sejak masih kecil.
"Kalau yang masih hidup ya tinggal saya dan Siti ini, sama-sama sudah tidak dapat melihat lagi. Ini juga rumah tinggalan orang tua," kata dia.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Simah yang sudah tidak dapat melihat rela memasak untuk keperluan makan.
Meski masakan itu, diakui oleh Simah sebisa dia lakukan, asal dapat untuk dikonsumsi bersama Siti.
"Masak sendiri untuk makan, sampai pernah kaki ini terkena (bara) api karena tidak bisa melihat. Sebab Siti sudah tidak bisa apa-apa, sering sakit-sakitan, jalan saja sudah pakai tongkat. Kadang juga dikasih orang," kata Simah.
Untuk menopang kehidupan, kedua kakak-beradik buta ini pun banyak mengandalkan pemberian orang dan pihak-pihak yang merasa kasihan dengan kondisi mereka.
Terlebih sebelumnya, sudah banyak perabot dan barang milik pribadi yang dijual guna membeli kebutuhan bahan makanan.
"Kadang juga kami yang kasih makan, kadang juga keponakannya (Tami). Tapi kebanyakan Mbah Simah itu masak sendiri, seadanya, beberapa waktu lalu sampai kakinya terluka kena api," ucap salah seorang tetangga, Karni (50).