Simah sendiri mengaku lupa besaran uang yang diterima hasil penjualan sebidang tanah tersebut secara pasti, lantaran durasi waktu penjualan yang cukup lama.
"Sudah lama nak, tahun 90-an dulu atau lebih malahan (tahun 80-an). Cuma ya itu, (hasil penjualan) cukup buat bangun kamar mandi dan toilet, terus sisa uang Rp 250 ribu seingat saya," tutur Simah.
Ketika ditanya mengenai harga penjualan sebidang tanah miliknya tersebut apakah tidak terlalu murah? Simah hanya menjawab diplomatis.
"Ya itu nak, ngomongnya kan mau dibuat musholla jadi ya saya setuju saja menjualnya, tapi kok belum dibangun-bangun sampai sekarang," kata Simah.
Simah sendiri mengaku bersyukur, saat ini sudah banyak pihak yang membantu, lantaran merasa iba dengan kehidupan mereka.
Baik pribadi, instansi, pemerintah desa setempat, hingga pemerintah daerah.
(Kompas.com/Hamzah Arfah)
(*)