Sosok.ID - Hari-hari menjelang meletusnya peristiwa berdarah, Soeharto terlihat risau dengan raut wajah yang datar.
Hatinya gundah gulana sebab sejumlah prajurit Kostrad tak henti-hentinya menyambangi kediaman Pangkostrad kala itu.
Suami dari Siti Hatinah (Ibu Tien) saat itu memangku jabatan sebagai Panglima Komando Satuan Angkatan Darat (Pangkostrad).
Dilansir dari buku yang berjudul "Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia", suasana politik nasional kala itu sangat serius.
Bahkan seringnya ia didesak dan didatangi anak buahnya untuk diminta segera bertindak oleh sebab keadaan saat itu.
Soeharto sempat marah hingga dengan nada tinggi berkata ia tak buta dengan situasi nasional kala itu.
Namun ia tak punya daya dan hanya bisa melaporkan setiap kejadian yang terjadi kepada atasan dan menunggu perintah.
Situasi saat itu memang serius namun Soeharto tak mendapatkan reaksi dari atasan hingga membuatnya lebih memilih diam untuk saat itu.
Sementara itu, Tien Soeharto pada waktu menjelang peristiwa mengerikan bagi bangsa Indonesia tersebut, ia sempat mengikuti sebuah acara yang diadakan di kantor Persit (Persatuan Istri Tentara).
Pertemuan persit kala itu didatangi oleh pemimpin dan pengurus tingkat pusat dan tingkat Jakarta Raya.