Follow Us

Kisah Pilu Sahar Khodayari, Gadis Iran yang Nekat Bakar Diri di Pengadilan Usai Dihukum Gegara Nonton Bola di Stadion

Dwi Nur Mashitoh - Senin, 16 September 2019 | 19:00
Sahar Khodayari (29) dikabarkan meninggal dunia usai melakukan aksi bakar diri di depan pengadilan saat mendengar ia akan dihukum selama enam bulan penjara karena telah menonton pertandingan sepakbola di stadion.
Dailymail

Sahar Khodayari (29) dikabarkan meninggal dunia usai melakukan aksi bakar diri di depan pengadilan saat mendengar ia akan dihukum selama enam bulan penjara karena telah menonton pertandingan sepakbola di stadion.

Sosok.ID - Sahar Khodayari dikabarkan telah meninggal dunia pada 8 September 2019.

Ia sempat menghebohkan Iran, bahkan dunia lantaran aksi nekatnya pada bulan Maret lalu.

Sebab, ia telah melanggar aturan yang berlaku di negara asalnya, Iran.

Sahar nekat menyamar sebagai seorang laki-laki demi bisa melihat pertandingan sepak bola secara langsung di stadion.

Ia merupakan penggemar dari klub sepakbola Tehgeran Esteghlal FC.

Baca Juga: Selain Genjer-genjer, Inilah Lagu yang Dilarang oleh Pemerintah di Bawah Suharto Gegara Dianggap Berbau PKI

Saat mereka bertanding dengan Al-Ain FC di Stadion Alzadi pada Maret 2019, Saher menyelinap dengan menyamar sebagai laki-laki.

Dilansir dari Fox via Heavy, wanita 29 tahun itu mengenakan aksesoris rambut berwarna biru dan jas panjang.

Oleh sebab itu, publik menjuluki Sahar sebagai 'Blue Girl' atau 'Gadis Biru'.

Namun sayangnya, polisi berhasil mengetahui penyamarannya dan menangkap gadis itu.

Sahar dibebaskan dengan jaminan usai ditahan selama tiga hari sembari menunggu pengadilan memutuskan hukuman untuknya enam bulan kemudian.

Baca Juga: Tak Sadar Sedang Berada di The Devil's Tear Lembongan, 2 WNA harus Meregang Nyawa Saat Speedboot yang Dipakai Terbalik

Diketahui, Iran memang melarang perempuan untuk melihat pertandingan sepakbola secara langsung di stadion.

Peraturan itu sudah ditetapkan sejak 1981.

Sahar juga bukanlah wanita pertama yang melakukan aksi tersebut.

Namun, ia menjadi perhatian publik karena melakukan aksi yang tak kalah nekat.

Usai menunggu selama enam bulan, ia kembali ke pengadilan untuk mendengar keputusan hukuman.

Baca Juga: Kisah Emanuel Selviano, Penjual Cilok Lulus Taruna Akmil, Sempat Diragukan Ayahnya Karena Cita-cita Terlalu Tinggi

Tetapi, karena hakim yang bertugas ada keperluan mendesak, pengadilan itu ditunda.

Dilansir dari BBC, ia kemudian mendengar kabar bahwa ia akan mendapat hukuman enam bulan hingga dua tahun penjara.

Mendengar hal tersebut, Sahar lalu melakukan aksi bakar diri di depan gedung pengadilan.

Berkat aksinya itu, ia menderita luka bakar yang parah, yaitu 90 persen.

Sahar lalu dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Baca Juga: Setahun Alami KDRT Suami Bulenya, Tiga Setia Gara Nangis Minta Dipulangkan ke Indonesia: Gue Enggak Kuat!

Namun sayang nyawanya tak tertolong usai menjalani pengobatan selama satu minggu.

Sahar dinyatakan meninggal pada 8 September 2019.

Saudari Sahar mengatakan pada media lokal Iran bahwa ia memiliki gangguan kesehatan mental.

Menurut keterangannya, wanita yang diketahui memiliki latar belakang pendidikan teknik komputer itu, memiliki gangguan bipolar.

Gangguan itu, lanjutnya, semakin parah usai Sahar dipenjara.

Baca Juga: Gadis Berusia 10 Tahun Alami Koma Setelah Berenang di Sungai, Ternyata Terdapat Aktivitas Aneh di Otaknya, Dokter: Hanya Menunggu Keajaiban Tuhan

Kematian Sahar lalu membuat warganet Iran menyerukan protes di media sosial.

Dilansir dari situs resmi Amnesty Internasional, pihak berwenang Iran telah mengizinkan beberapa perempuan untuk masuk ke stadion dalam beberapa kesempatan.

Namun, Amnesty International menilai bahwa tidakan tersebut hanya sekadar publisitas.

Padahal bisa saja mereka mencabut larangan tersebut.

Amnesty Internasional juga percaya bahwa Sahar Khodayari bisa saja masih hidup jika bukan karena adanya larangan ini.

Baca Juga: 4 Tahun Jaga Janji Bakal Jadi Saksi Nikah Anak ART, BJ Habibie Ngotot Hadiri Akad dengan Kursi Roda di Penghujung Hayatnya

Serta trauma yang dialaminya karena penangkapan, penahanan, serata penuntutan yang berusaha dihindarinya.

"Kematiannya tidak boleh sia-sia. Hal ini harus mendorong perubahan bagi Iran untuk menghindari tragedi serupa di kemudian hari," tulis Amnesty International.

(*)

Source : heavy.com, Wikipedia, BBC

Editor : Tata Lugas Nastiti

Baca Lainnya

Latest