Apalagi bergantinya mesin baling-baling propeler dengan mesin turbo jet pada pesawat menambah resiko keretakkan pada struktur rangka.
Akibatnya sayap pesawat bisa copot saat terbang.
BJ Habibie kemudian menemukan solusi bagaimana rambatan titik retakan itu bekerja.
Semua perhitungan dilakukan oleh Habibie muda amat rinci hingga sampai pada hitungan atomnya.
Teori hasil pikiran Habibie ini kemudian dinamai Crack Progression dan dari situlah sebutan Mr.Crack didapat Habibie.
Implementasinya ke pesawat dari teori ini kurang lebih meningkatkan kekuatan bahan konstruksi rangka pesawat dengan campuran baja dan alumunium yang lebih dominan.
Temuan Habibie ini juga dapat meringankan Operating Empty Weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) sebanyak 10 persen.
Angka ini bisa meningkat lagi sebanyak 25 persen ketika Habibie menyusupkan material komposit ke bagian pesawat.
Imbasnya, kinerja pesawat jadi lebih baik dan dapat terbang jauh.
Faktor Habibie juga berperan amat penting dalam penggabungan antar bagian pesawat.