Sosok.ID - Hubungan asmara BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari mungkin adalah salah satu kisah percintaan yang tak mungkin mudah untuk dilupakan.
Bagaimana tidak, kisah cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari begitu melegenda dan melekat di ingatan publik Tanah Air.
Saking indah dan melegendanya, kisah cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari pun sampai diangkat ke layar lebar dan filmnya menembus Box Office Tanah Air.
Siapa sih yang tidak tahu cerita cinta nan abadi Bj Habibie dengan istrinya, Hasri Ainun Besari?
Ya, menilik dari tingginya animo masyarakat saat pemutaran film 'Habibie dan Ainun' pada tahun 2012 silam, mustahil bila ada yang tak tahu kisah cinta kedua insan ini.
Kisah cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari bak cerita romantis yang tak lekang oleh zaman.
BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari diketahui telah membina rumah tangga selama 57 tahun.
Dilansir Sosok.ID dari Tribunnews dan Kompas.com, Bj Habibie dan Hasri Ainun Besari menikah pada 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung.
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, Habibie dan Ainun memang sudah mengenal sejak masih duduk di bangku sekolah.
Kendati sudah lama mengenal, Habibie mengaku baru menyadari perasaannya kepada Ainun usai pulang dari menempuh pendidikan di Jerman.
Hal ini Habibie ungkapkan sendiri kala menghadiri acar Rosi Spesial Kemerdekaan yang diunggah di kanal Youtube Kompas TV, 17 Agsutus 2017 silam.
Kala itu sang ibu menyurati Habibie muda yang tengah menempuh pendidikan di Jerman untuk segera pulang.
Baca Juga: Dikenal Jenius dan Romantis, Inilah Quotes BJ Habibie Tentang Kehidupan yang Inspiratif!
Ibunda Habibie berniat menjodohkannya dengan Ainun, lantaran takut Habibie menjalin kasih asmara dengan wanita Eropa.
Sesampainya di Indonesia, ibunda Habibie menyuruhnya pergi ke rumah keluarga Ainun.
Betapa terkejutnya Habibie melihat perubahan Ainun yang menjelma menjadi wanita yang sangat cantik.
Teman sekolah yang dulu sempat ia goda dengan panggilan 'Gula Jawa' berubah menjadi sangat cantik.
Baca Juga: Usai Nyaris 2 Minggu Dirawat Intensif, BJ Habibie Meninggal Dunia di RSPAD Akibat Degenerasi Tubuh
Saking terpesonanya, Habibie kala itu tak sadar berseloroh sembari memuji Ainun.
"Ainun, cantiknya. Kok gula Jawa jadi gula pasir," ungkap Habibie.
Sejak saat itu romansa antara Habibie dan Ainun mulai terjalin mesra.
Padahal sebelumnya, Habibie mengaku sempat tak tertarik pada Ainun di awal mula pertemuan mereka dulu.
Terlebih lagi saat itu pria yang naksir dengan Ainun cukup banyak dan berasal dari keluarga yang berada.
Rasa percaya diri Habibie pun semakin memudar.
"Ketemu Ainun cepet sekali, kalau saya naksir belum tentu dia mau kan, saya tidak tahu kalau saya ganteng, tapi kalau dibandingkan dengan yang lain termasuk yang tidak berada.
Mereka kan punya mobil, punya semuanya dan lagi pula mereka dari keluarga yang, ada yang menteri, tetapi ayah saya sudah meninggal waktu saya berusia 12 tahun," lanjut Habibie mengenang kembali masa lalunya dengan Ainun.
Namun rasa percaya diri itu kembali menyala ketika Ainun akhirnya menyambut perasaannya.
Saking groginya saat memastikan perasaan Ainun kepadanya, presiden ketiga RI ini sampai mengaku jantungnya berdegup begitu kencang seperti mau meledak.
Dilansir Sosok.ID dari buku berjudul Habibie dan Ainun via Kompas.com, momen tersebut terjadi pada malam hari tanggal 9 Maret 1962, tepat di hari Idul Fitri.
Pada malam itu, awalnya Habibie ingin mengajak Ainun menonton film di bioskop.
Namun karena cuaca Bandung cukup cerah malam itu, Habibie pun lantas mengajak Ainun berjalan kaki.
"Saya ajak Ainun berjalan kaki dari rumah di Jalan Rangga Malela ke Kampus Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sekarang ITB, melewati bekas sekolah kami di Jalan Dago dan kembali ke Rangga Malela," tutur Habibie dalam bukunya berjudul Habibie dan Ainun (2010).
Dalam perjalanan santai mereka tersebut, Habibie tiba-tiba saja memutuskan untuk memperjelas perasaannya kepada Ainun.
"Ainun, maafkan sebelumnya, jikalau saya mengajukan pertanyaan yang mungkin dapat menyinggung perasaanmu.
Saya tidak bermaksud mengganggu rencana masa depanmu. Apakah Ainun sudah memiliki kawan dekat?" tanya Habibie saat itu dengan perlahan.
Ainun yang mendengar pertanyaan itu dari mulut Habibie sempat terdiam.
Tak mendapat jawaban dari Ainun, Habibie pun mengulang pertanyaannya.
Kali ini, Habibie tampak menekankan dalam kalimatnya soal pentingnya ketulusan mengemukakan isi hati apa adanya.
Lagi-lagi Ainun terdiam dan belum memberikan jawaban.
Hingga akhirnya, Ainun menghentikan langkahnya dan menatap mata Habibie dalam-dalam dalam keheningan.
"Saya tidak memiliki kawan atau teman dekat dan khusus," jawab Ainun pada akhirnya setelah terdiam beberapa detik menatap Habibie.
Habibie yang mendengar jawaban Ainun tiba-tiba saja merasakan jantungnya berdegup kencang.
Mata mereka beradu, saling menggetarkan hati sama lain, khususnya Habibie yang tujuh tahun memendam rindu bertemu Ainun karena harus bersekolah di Jerman.
Tanpa disadari, waktu pun berlalu.
Masih di malam itu, langkah Habibie dan Ainun membawa kembali ke rumah Jalan Rangga Malela.
Masih banyak tamu dan beberapa pemuda duduk di depan rumah. Mereka memperhatikan kedatangan Habibie dan Ainun.
"Sejak itu, saya secara batin tidak pernah berpisah dengan Ainun dan demikian pula Ainun dengan saya..." tulis Habibie dalam bukunya yang berjudulu Habibie dan Ainun.
(*)