"Saya tidak memiliki kawan atau teman dekat dan khusus," jawab Ainun pada akhirnya setelah terdiam beberapa detik menatap Habibie.
Habibie yang mendengar jawaban Ainun tiba-tiba saja merasakan jantungnya berdegup kencang.
Mata mereka beradu, saling menggetarkan hati sama lain, khususnya Habibie yang tujuh tahun memendam rindu bertemu Ainun karena harus bersekolah di Jerman.
Tanpa disadari, waktu pun berlalu.
Masih di malam itu, langkah Habibie dan Ainun membawa kembali ke rumah Jalan Rangga Malela.
Masih banyak tamu dan beberapa pemuda duduk di depan rumah. Mereka memperhatikan kedatangan Habibie dan Ainun.
"Sejak itu, saya secara batin tidak pernah berpisah dengan Ainun dan demikian pula Ainun dengan saya..." tulis Habibie dalam bukunya yang berjudulu Habibie dan Ainun.
(*)