Salah satu senyawa arsenik bentuk anorganik yang kerap digunakan sebagai racun adalah Arsenik Trioksida yang tak memiliki bau, warna dan rasa.
Bila terkontaminasi dalam konsentrasi yang cukup tinggi, tubuh manusia akan mulai bereaksi dengan sangat cepat.
Gangguan kesehatan seperti gangguan metabolisme pencernaan, kram otot, gangguan sinyal otak, sesak napas, serangan jantung hingga kelumpuhan dapat terjadi.
Kendati dianggap sebagai racun paling mematikan di dunia, arsenik rupanya juga pernah dipakai dalam dunia medis.
Dilansir Sosok.ID dari jurnal penelitian berjudul 'Arsenic-The 'Poison of Kings' and 'The Saviour of Syphilis' karya John Firth edisi Desember 2013, senyawa arsenik pernah digunakan dalam pengobatan penyakit Raja Singa.
Pada tahun 1906, seorang dokter asal Jerman bernama Paul Ehrlich dan rekan-rekannya menemukan bahwa senyawa turunan arsenik dapat mengobati penyakit raja singa dengan sangat baik.
Dalam penelitiannya, arsenik disebut memiliki kemampuan baik sebagai antibakteri dan antimikroba yang mampu mengisolasi pertumbuhan infeksi bakteri Spirochaeta pallidasebagai penyebab utama penyakit Raja Singa.
Paul Ehrlich mengembangkan hipotesis bahwa senyawa kimia turunan arsenik dapat mengisolasi dan menghancurkan mikroorganisme tertentu tanpa melukai jaringan tubuh inang.
Pada tahun 1908, Paul Ehrlich pun dianugerahi penghargaan Nobel di bidang medis atas karyanya menemukan obat untuk penyakit Raja Singa dengan menggunakan senyawa arsenik.