Agustus 1959, Wilson bertemu dengan Jan van Gruisen, direktur pelaksana East Borneo Company.
Dalam pertemuan itu, Gruisen mengatakan kepada Wilson kalau ia baru saja menemukan sebuah buku laporan karya Jean Jacques Dozy yang dibuat pada tahun 1936.
Buku itu tersembunyi dalam rak-rak perpustakaan di Belanda dan hampir saja hancur kala negeri Kincir Angin dikuasai Nazi Jerman.
Gruisen mengatakan jika dalam laporan tersebut mengatakan ada sebuah gunung yang dijuluki 'Ertsberg' (Gunung Tembaga) di Nugini Belanda (Papua).
Mengutip buku The Conquest of Copper Mountain, mendengar ini mata Wilson langsung berbinar, tak berapa lama ia lantas mengajukan permohonan kepada Charles Wright agar dirinya di danai untuk eksploirasi lebih lanjut Gunung Tembaga itu bersama dengan East Borneo Company.
Wright yang mendengar hal ini girang bukan main, ia tak perlu berpikir dua kali untuk dan langsung menyetujui pendanaan bagi Wilson.
Segera setelah kontrak kerjasama antara Freeport dan East Borneo Company ditandatangani pada 1 Februari 1960, Wilson segera terbang ke Nugini Belanda.
Wilson menjelaskan sesampainya di Nugini Belanda ia dibantu oleh penduduk asli setempat menuju Gunung Tembaga.
Beberapa bulan Wilson mengeksplorasi daerah itu untuk membuktikan apa yang dikatakan Gruisen benar.
Baca Juga: Gegara Kekurangan Lahan Pemakaman, 4 Negara Besar Ini Melarang Penduduknya Meninggal Dunia
Dan Wilson mendapati apa yang ia kira tidak ada di bumi, yakni sebuah gunung berisi perak dan emas.