Sosok.ID- Hari ini tanggal 14 Agustus diperingati sebagai hari pamuka.
Namun, tahukah kamu siapa orang di balik gerakan ini?
Dia adalah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell.
Atau yang lebih dikenal dengan sebutan Robert Baden Powell.
Seorang pria kelahiran Paddington, London, Inggris.
Tepatnya pada 22 Februari 1857.
Dia adalah anak ke delapan dari sepuluh bersaudara.
Ayahnya adalah seorang profesor di Oxford University yang dikenal sebagai Pendeta Baden-Powell.
Melansir Scouts.org.uk, sejak kecil, ia sangat menyukai petualangan.
Daripada belajar di dalam ruang kelas, ia lebih senang pergi ke hutan di sekitar sekolahnya untuk menggambar satwa liar.
Bahkan kepribadiannya ini membuat gurunya terkesan.
Usai menyelesaikan pendidikannya, Robert masuk ke dunia militer.
Karir militer
Selama menjalani masa-masa di kemiliteran ini, Robert bahkan menjadi pemimpin di pos-pos kemiliteran yang ada di negara lain.
Seperti India, Afghanistan, Malta, dan beberapa negara di Afrika.
Jasa yang paling berpengaruh dari Robert di dunia militer adalah saat ia menjadi pahlawan selama Perang Afrika Selatan terjadi pada 1899-1902.
Berkat bantuannya dalam membela Mafeking (sekarang bernama Mafikeng) melawan Boer.
Berkat jasanya ini juga, Robert berhasil diangkat menjadi jenderal di usianya yang ke 43 tahun.
Namun, sepuluh tahun kemudian, tepatnya saat usianya menginjak 53 tahun, Robert mundur dari dunia militer.
Ia mundur atas saran dari Raja Edward VII.
Sebab, menurut sang raja, Robert mampu mengembangkan gerakan pramuka yang ia ciptakan.
Agar gerakan itu lebih bermanfaat bagi negaranya.
Setelah keluar dari militer, Robert menikahi Olave Soames pada 1912.
Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai tiga orang anak yaitu, Peter, Heather, dan Betty.
Baca Juga: Hanya Demi Pawai Megah, Dibalik Kostum Gemerlap Gajah Ini Tersimpan Fakta Menyedihkan
Gerakan Pramuka
Robert memulai gerakan pramuka pertamanya pada Agustus 1907.
Ia mengumpulkan 20 anak laki-laki yang diseleksi dari latar belakang yang berbeda-beda.
Sekelompok anak laki-laki itu kemudian berkemah di Pulau Brownsea selama sepekan dan sukses.
Dari situ, gerakan ini kemudian berkembang dengan pesat.
Hingga pada 1909, diadakan Gerakan Pramuka Nasional yang pertama di Crystal Palace.
Sebanyak 11.000 anak laki-laki ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Tak hanya anak laki-laki, ada pula anak-anak perempuan yang juga ikut berpartisipasi.
Sehingga lahirlah gerakan pramuka untuk anak-anak perempuan yang diberi nama Girl Guides pada 1910.
Selanjutnya, Girl Guides dijalankan oleh adik perempuan Robert yang bernama Agnes Baden-Powell.
Gerakan ini terus berkembang hingga mencapai skala internasional.
Baca Juga: Kisah Asmara Soekarno dengan Inggit, Terpaut Umur 12 Tahun dan Bercerai Setelah 20 Tahun Bersama
Gerakan pramuka dibentuk di seluruh penjuru dunia.
Gerakan Pramuka ini sempat teredam akibat adanya perang dunia pertama.
Tetapi, usai perang berakhir, Pramuka kembali bangkit.
Bahkan, digelar acara kepramukaan internasional pertama di Olympia, London.
Dalam acara ini juga Baden-Powell dideklarasikan sebagai Kepala Pramuka yang pertama.
Baca Juga: 6 Jam Disandera KKB Papua, Briptu Heidar Tewas Tertembak Saat Berusaha Melarikan Diri
Hingga pada 1937, ia memutuskan untuk pensiun dari gerakan yang ia bentuk.
Melansir Biography,Robert menuliskan surat terakhirnya untuk para Pramuka, yang berbunyi:
"Aku merasa sangat bahagia dengan hidupku dan aku harap masing-masing dari kalian juga sama denganku.
Aku percaya Tuhan menempatkan kita di dunia yang menyenangkan ini untuk bahagia dan menikmati hidup.
Kebahagiaan tidak datang dari harta yang berlimpah, atau kesuksesan dalam karir, atau dengan kesenangan diri sendiri."
-Tuan Baden-Powell
Robert memandang Pramuka sebagai sarana untuk mempromosikan pendidikan menyeluruh bagi kaum muda.
Dengan cara mengajarkan tentang tujuan, tugas, patriotisme, serta kemampuan untuk bekerja sama.
Robert sering menuliskan pemikirannya tentang pendidikan dan peran dari Gerakan Pramuka.
"Rahasia pendidikan yang baik adalah dengan membuat setiap murid belajar untuk dirinya sendiri, bukannya menginstruksi mereka dengan mengarahkan pengetahuan ke dalam diri mereka dengan sistem yang stereotip," mengutipThe Scouter (Januari 1912) via Biography.
(*)