Alumnus SMK Kristen Simo inimemimpikan dapat bekerja di tempat yang mapan dengan upah yang memadai.
Namun,keinginan itu pupus, sebab ijazahnya masih ditahan pihak sekolah karena menunggak biaya sumbangan pembinaan pembangunan (SPP) sebesar Rp 2,5 juta.
Saat masih hidup, ayah Teguh bekerja sebagai peminta-minta (pengemis) dan ibunya bekerja menjadi pemulung.
"Tiga tahun saya nunggak biaya SPP di sekolah. Jadi, ijazah saya sampai sekarang belum bisa diambil. Sebenarnya, ingin bisa kerja di tempat yang lebih baik biar dapat penghasilan tetap," ucap dia kepada Kompas.com.
Rumah yang ditempati oleh tiga bersaudara tersebut juga kondisinya sudah tak layak.
Baca Juga: Youtuber Meninggal Akibat Jatuh dari Ketinggian 150 Kaki Saat Merekam Aksinya Sendiri
Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan banyak yang sudah lapuk.
Kemudian, lantainya masih tanah.
Beruntung masih ada aliran listrik sehingga jika malam tiba tak jadi masalah karena masih ada penerangan.
Namun lima bulan sudah Teguh tak sanggup membayar biaya listrik.
Setiap bulannya, biaya listrik yang harus dibayarkan sebesar Rp 150.000.