Sosok.ID - Kalahnya Jepang di perang Pasifik tahun 1945 membuat tatanan hegemoni negara-negara di Asia berubah.
Mantan-mantan koloni Jepang kemudian tergerak untuk menentukan nasib sendiri yakni kemerdekaan.
Hindia Belanda yang juga menjadi bekas koloni Jepang paling getol merdeka sampai Hirohito sebelum kekaisarannya kalah perang nurut bakal memberi kemerdekaan kepada bangsa ini.
Namun ketika Jepang kalah, ia sudah tidak punya supremasi lagi mengurus koloninya yang membuat proses kemerdekaan Indonesia malah tak jelas.
Mengutip Asvi Warman Adam : Determinasi Soekarno Memilih Hari Proklamasi yang diterbitkan oleh Majalah Intisari No.635 Agustus 2015, menyerahnya negeri Matahari Terbit kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 sengaja ditutupi-tutupi oleh pihak Jepang agar masyarakat Indonesia tidak tahu.
Akan tetapi tetap saja itu bocor dimana segelintir pemuda tahun akan hal ini.
Padahal sebelum menyerahnya Jepang, Soekarno, Hatta dan Rajiman diundang Marsekal Terauchi ke Dalat, Utara Saigon, Vietnam untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia pada 9-14 Agustus 1945.
"Proses kemerdekaan terserah Tuan," ujar Terauchi yang mengindikasikan dua hal, Jepang sebentar lagi kelenger dan negeri itu mau 'lepas tangan' perihal nasib Indonesia kedepannya.
14 Agustus 1945 pukul 11.00 WIB, Soekarno tiba kembali ke bandara Kemayoran Jakarta.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Bung Karno yang Jarang Diketahui Publik, Salah Satunya Ditiru Jokowi
Rakyat sudah menunggu-nunggu kedatangan Soekarno untuk berpidato mengenai kemerdekaan Indonesia.
"Kalau dahulu saya berkata sebelum jagung berbuah Indonesia akan merdeka, sekarang saya dapat memastikan, Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga."
Antusias dan terharu bukan main rakyat Indonesia mendengar jika bangsa mereka bakal merdeka, menentukan nasib sendiri sebagai negara berdaulat meski tak tahu tanggal pasti kapan proklamasi diproklamirkan.
Pukul 2 siang saat itu juga Hatta dan Sjahrir mendengar Jepang minta damai kepada Sekutu.
Keduanya kemudian menemui Soekarno dan menyarankan kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan.
Namun Soekarno mengatakan jika yang berhak mengumumkan kemerdekaan Indonesia adalah PPKI secara keseluruhan bukan hanya dirinya sendiri sebagai Ketua.
15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Soebardjo bergegas pergi ke kantor pemerintahan militer Jepang di Jakarta untuk menanyakan apakah kabar mengenai Jepang ingin berdamai dengan Sekutu benar adanya.
Namun ternyata kosong, akan tetapi di kantor Laksamana Maeda penghubung Kaigun di Batavia ketiganya memperoleh informasi jika berita itu benar usai disiarkan oleh radio Sekutu.
Akan tetapi militer Jepang belum menerima instruksi apapun dari Tokyo perihal berita ini.
Ketiganya kemudian meninggalkan kantor Laksamana Maeda, sejurus kemudian Hatta mengatakan alangkah baiknya besok Soekarno dan semua anggota PPKI mengadakan rapat di Pejambon untuk mematangkan persiapan kemerdekaan.
Belum juga fajar esok hari menyingsing, hari itu juga pukul 21.30 WIB, Hatta dan Soebardjo pergi lagi ke rumah Bung Karno.
Disana keduanya mendapati Soekarno sedang didesak oleh para pemuda agar proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya harus dilaksanakan.
Baca Juga: Tawarkan Via Whatsapp, Andi Saputro Tak Menyangka Sapi Seberat 1,4 Ton Miliknya akan Dibeli Jokowi
Salah seorang pemuda yang ada disana bernama Wikana bahkan mengancam akan membunuh Soekarno jika lelet tak mau memproklamasikan kemerdekaan.
"Apabila Bung Karno tidak mengumumkan kemerdekaan malam ini juga, besok akan terjadi pertumpahan darah," seloroh Wikana.
Mendengar ini Soekarno berang, sembari menunjuk lehernya ia berkata "Ini leher saya dan seretlah saya kepojok itu, sudahi nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok," timpal Soekarno.
"Maksud kami bukan mau membunuh Bung, melainkan kami mau memperingatkan, apabila kemerdekaan Indonesia tidak dinyatakan malam ini, besok rakyat akan bertindak dan membunuh orang-orang yang dicurigai, yang dianggap pro-Belanda," balas Wikana yang kaget dengan kemarahan Bung Karno.
Ribut-ribut malam itu di rumah Bung Karno tidak menghasilkan kesepakatan apapun yang lantas pada pagi buta waktu Sahur 16 Agustus 1945, Hatta dan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok untuk diamankan.
Baru sorenya Soekarno kembali ke Jakarta dan mengadakan rapat dengan PPKI pada pukul 22.00 WIB untuk menyusun teks Proklamasi di rumah Laksamana Maeda. (Seto Aji/Sosok.ID)