Sosok.ID- Sri Rizki Malau ikut sibuk saat terjadi kebakaran lahan gambut di Desa Kertajaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
Asap tebal masih menyelimuti hamparan gambut yang terbakar.
Puluhan personel gabungan satuan tugas masih bergotong royong melawan angin yang membuat kebakaran semakin meluas.
Sudah sepekan kondisi seperti ini terjadi.
Meskipun, kepala dan ekor api sudah berhasil dijinakkan, namun bara api belum sepenuhnya padam.
Gambut masih mengeluarkan asap.
Artinya, api masih bertahan dan sewaktu-waktu dapat kembali membara.
Melansir dari Kompas.com, masyarakat menyebutkan bahwa lahan yang terbakar mencapai dua hektare.
Di tengah hiruk pikuk usaha memadamkan api, ada seorang perempuan yang juga berjibaku dalam upaya itu.
Dengan pakaian putihnya, topi koboi dan masker yang melindungi hidungnya.
Ia tampak memeriksa beberapa pasien.
Dokter berusia 27 tahun itu memeriksa para pendekar api.
"Mayoritas mereka mengeluhkan ISPA karena kan sudah berhari-hari di sini," kata dokter Sri Rizki Malau.
Ia rupanya sudah berada di lokasi sejak akhir pekan lalu.
Selama itu pula ia mengandalkan perlengkapan medis sederhana seperti tabung oksigen, obat, hingga vitamin.
Baca Juga: Perjuangan Nadya Valerie Bangkit dari Penyakit Kanker, Jadi Youtuber dan Lulus Program Magister
Semua perlengkapan itu diletakkan di tenda yang berjarak hanya satu kilometer dari lokasi kebakaran.
Terbayang, ia harus mengobati pasien sambil menghirup asap dan debu.
Awalnya ia terkejut dengan penugasan itu.
Tapi demi masyarakat serta petugas yang berjuang melawan api, ia memutuskan untuk melaksanakan tugas itu.
"Saya lebih mikirin masyarakat dan petugas yang berjuang melawan api di sini," ujarnya.
Selain petugas, selama di posko darurat medis yang didirikan PT Sumatera Riang Lestari itu, cukup banyak masyarakat yang datang.
Pasalnya mereka juga terkena dampak asap dari kebakaran lahan gambut itu.
Menurut pengakuan Rizki, salah satu dampak buruk yang diakibatkan dari asap kebakaran lahan itu adalah kekurangan kadar oksigen dalam darah.
Jika kondisi semakin parah, pasien akan dirujuk ke klinik.
Adapun, seluruh biaya pengobatan akan ditanggung oleh perusahaan konsesi bahan kertas tersebut.
Gadis kelahiran Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu itu, merupakan dokter yang bertugas di perusahaan tersebut.
Meskipun berlokasi di desa, namun titik api berada jauh dari pemukiman warga.
Satu-satunya akses yang dapat dilewati untuk menuju lokasi titk api adalah dengan melewati kanal.
Untuk melewatinya pun diperlukan kapal kecil bermesin tunggal.
Setiap hari Riski bertugas dari pagi hingga petang, sampai jasanya masih diperlukan.
Baca Juga: Perjuangan Agung Hercules Melawan Kanker Glioblastoma, Tumor Ganas yang Menyerang Otak Kirinya
Selain ISPA, keluhan lainnya yang harus ia tangani adalah iritasi kulit, batuk, demam, hingga kelelahan.
"Mudah-mudahan api segera diatasi dan tidak ada lagi petugas serta masyarakat yang sakit," tutur alumni Universitas HKBP Nomensen Medan, Sumatera Utara, itu.
(*)