Sosok.ID - Mungkin nama John Lie sebagai salah satu pahlawan nasional masih asing ditelinga publik Tanah Air.
Kendati jasa-jasanya selama masa pergerakan kemerdekaan nyaris terlupakan, John Lie merupakan salah satu pahlawan nasional yang patut disegani.
Bila bukan karena perjuangan John Lie yang tak gentar saat ditodong pasukan Belanda, Ibu Pertiwi mungkin akan kesulitan meraih kemerdekaan.
Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Selasa (6/8/2019), John Lie merupakan salah satu pahlawan nasional yang berasal dari etnis Tionghoa.
Pria dengan nama lengkap Jahja Daniel Dharma ini adalah penyelundup senjata ulung untuk pejuang Ibu Pertiwi.
Saking pandainya berdalih dari armada laut Belanda yang berpatroli di laut Indonesia, John Lie sampai mendapatkan julukan sebagai 'Hantu Selat Malaka'.
John Lie bergabung dengan Angkatan Laut Republi Indonesia (ALRI) pada tahun 1946 setelah dirinya bersama dengan puluhan rekannya di pelayaran KPM (Koninlijk Paketvaart Maatschapij) kembali ke Tanah Air pasca kekalahan Jepang pada Agustus 1945.
Sebelum bergabung dengan ALRI, rupanya John Lie mempelajari sistem pembersihan ranjau laut dari Royal Navy milik Belanda di Pelabuhan Singapura.
John Lie juga mempelajari dengan baik gerak-gerik pergerakan armada laut Belanda yang berpatroli di laut Indonesia.
Berbekal dengan pengetahuannya dan pengalamannya di dunia maritim, John Lie pun menemui Kepala Staf Angkatan Laut RI (ALRI) Laksamana M Pardi.
John Lie mengungkapkan keinginannya berjuang dengan Indonesia di bidang maritim melawan Belanda, merebut kemerdekaan.
Melansir Tribunnews, setelah bergabung dengan ALRI, John Lie pun ditugaskan untuk menjadi penyelundup barang ekspor guna membiayai kas negara.
Tak hanya barang ekspor, John Lie juga ditugaskan oleh Kepala Urusan Pertahanan di Luar Negeri untuk membeli sejumlah kapal cepat dan senjata untuk bangsa Indonesia.
Mereka menyaring dan menyusun personalia pelaut untuk mengawaki satuan kapal cepat yang digunakan memasok kebutuhan perlengkapan perjuangan Indonesia.
Sebagai salah satu pelaut yang lolos seleksi, John Lie dipercaya memimpin psebuah kapal cepat bernama The Outlaw.
Baca Juga: Disegani di Medan Perang, Panglima TNI Ternyata Jago Bahasa Prancis Saat Seleksi Calon Taruna Akmil
Pada operasi perdananya, The Outlaw berlayar dengan rute Singapura-Labuan Bilik dan Port Swettenham.
Dikutip dari Wikipedia via Tribunnews, John Lie telah melakukan operasi penyelundupan setidaknya 15 kali.
Bahkan, ia pernah ditangkap oleh Perwira Inggris saat kapalnya membawa 18 drum minyak kelapa sawit.
John Lie juga pernah mengalami peristiwa menegangkan saat membawa senjata semiotomatis dari Johor ke Sumatera.
Saat itu, ia dihadang oleh pesawat terbang patroli Belanda.
Dua penembak jitu mengarahkan senjata ke kapal mereka.
John Lie yang tak gentar pun menolak mundur saat dihadang komandan armada laut Belanda.
Setelah beberapa saat terlibat adu debat yang alot, Komanda armada Belanda akhirnya tak mengeluarkan perintah untuk menembak.
Pesawat itu malah meninggalkan The Outlaw tanpa insiden.
Belakangan diketahui ternyata pesawat Belanda tersebut pergi karena bahan bakarnya semakin menipis.
Keberhasilan The Outlaw menyelundupkan senjata ke Indonesia atau hasil bumi ke Singapura hingga Thailand terus terjadi pada misi-misi selanjutnya.
Bahkan, siaran stasiun radio BBC di London sampai menjuluki kapal tersebut dengan nama The Black Speedboat.
Kepala Subdinas Sejarah Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Kolonel Syarif Thoyib mengatakan jika John Lie memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di Pelabuhan Singapura, Thailand bahkan Afrika.
Atas keberhasilannya mengelabui dan kabur dari intaian para pasukan Belanda, John Lie pun dijuluki sebagai si 'Hantu Selat Malaka'.
John Lie wafat pada 27 Agustus 1988 dan baru mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2009 di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.
John Lie dianugerahkan gelarBintang Mahaputera Adipradana dan namanya digunakan sebagai nama Kapal Perang Indonesia, KRI John Lie pada tahun 2017.
(*)