Melalui radio tersebut, Oemar meluapkan kekesalannya terhadap Belanda.
Karena mereka menjajah Nusantara, termasuk Samarinda.
"Dengan suara menggelegar, Oemar mempropagandakan misi Jepang membebaskan Indonesia dari penjajah Belanda," jelas Sarip.
Keberpihakannya terhadap Jepang itu ia gunakan untuk membangkitkan nasionalisme rakyat untuk anti-Belanda.
Pada tahun 2002, Oemar menghubungi seorang tokoh Samarinda yang juga sahabatnya.
Baca Juga: Kisah Sedih Jodi, Bocah 7 Tahun di Kuningan yang Bersekolah Tanpa Pakaian Layak dan Alas Kaki
Melalui telepon, ia berpesan kepada sahabatnya, "Semoga buku yang Dinda rencanakan akan selesai pada waktunya."
Kemudian, seminggu setelah itu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Ia wafat di usianya yang ke 85 tahun.
Sementara, sahabatnya berhasil menyelesaikan bukunya setahun kemudian.
Buku itu berjudul "Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana".