Sosok.id - Siapa sangka, suami dari penyanyi kenamaan Syahrini, Reino Barack adalah cucu dari seorang tokoh anti-Belanda dari Samarinda.
Kabar pernikahan Syahrini dan Reino Barack beberapa bulan lalu sempat mengejutkan publik.
Pasalnya, sebelum memutuskan untuk menikah dengan Syahrini, Reino Barack sempat menjalin hubungan dengan Luna Maya cukup lama.
Lantas, kabar pernikahan mereka pun menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Publik pun mulai kepo dan berusaha mencari tahu tentang siapa Reino Barack.
Dilansir dari Kompas.com, Reino ternyata adalah cucu dari Oemar Barack.
Ayah Reino, Rosano Barack adalah putra kedua Oemar Barack.
Siapakah Oemar Barack itu?
Ia adalah salah satu tokoh anti-Belanda yang berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur.
Peneliti sejarah muda Kota Samarinda Muhammad Sarip mengatakan bahwa kakek Reino itu lahir di Samarinda pada tahun 1917.
Orang tua serta paman-pamannya adalah tokoh Kampung Handel Maatschappij Borneo Samarinda HBS.
Mereka adalah pengurus organisasi Sarekat Islam.
"Moyang mereka berasal dari tanah Banjar di selatan Kalimantan," ujar Sarip.
Dilansir dari Situsbudaya.id, Kampung HBS merupakan cikal bakal dari berdirinya Kota Samarinda.
Saat ini kampung ini berada di Pasar Pagi.
Berdasarkan catatan Sarip, Oemar pernah menempuh pendidikan di Wasseda University, Tokyo.
Tepatnya pada tahun 1939 atau tiga tahun sebelum Jepang datang ke Nusantara.
Saat itu ia masih berusia 22 tahun.
Ia juga menjadi penyiar Radio Tokyo.
Tepatnya pada tahun 1941, saat Perang Asia Timur Raya berkecamuk.
Melalui radio tersebut, Oemar meluapkan kekesalannya terhadap Belanda.
Karena mereka menjajah Nusantara, termasuk Samarinda.
"Dengan suara menggelegar, Oemar mempropagandakan misi Jepang membebaskan Indonesia dari penjajah Belanda," jelas Sarip.
Keberpihakannya terhadap Jepang itu ia gunakan untuk membangkitkan nasionalisme rakyat untuk anti-Belanda.
Pada tahun 2002, Oemar menghubungi seorang tokoh Samarinda yang juga sahabatnya.
Baca Juga: Kisah Sedih Jodi, Bocah 7 Tahun di Kuningan yang Bersekolah Tanpa Pakaian Layak dan Alas Kaki
Melalui telepon, ia berpesan kepada sahabatnya, "Semoga buku yang Dinda rencanakan akan selesai pada waktunya."
Kemudian, seminggu setelah itu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Ia wafat di usianya yang ke 85 tahun.
Sementara, sahabatnya berhasil menyelesaikan bukunya setahun kemudian.
Buku itu berjudul "Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana".
Penulisnya adalah Abdoel Moeis Hassan.
Dua tahun setelah buku itu terbit, sang penulis itu menyusul sahabatnya menghadap ilahi.
Abdoel Moeis Hassan sendiri adalah seorang pejuang pembela Republik Indonesia (Repbliken).
Ia menjadi calon Pahlawan Nasional pertama dari Kalimantan Timur.(*)