Sosok.ID - Mungkin masih banyak publik Tanah Air yang tak mengenal nama Zainal Arifin Fuat.
Tetapi bagi para buruh tani di Indonesia, Zainal Arifin Fuat adalah salah satu sosok yang patut dikagumi karena usahanya memperjuangkan nasib para petani di Tanah Air.
Saking giatnya memperjuangkan nasib para petani di Tanah Air, Zainal Arifin Fuat sampai ditunjuk sebagai pembicara dari Indonesia di konferensi tahunan FAO yang digelar di Markas PBB.
Melansir Kompas.com, Zainal Arifin Fuat adalah seorang petani asal Madiun, Jawa Timur.
Bukan seorang petani biasa, Zainal Arifin Fuat adalah petani cerdas yang menjabat sebagai Ketua Departemen Luar Negeri padaSerikat Petani Indonesia atau SPI.
Zainal Arifin Fuat ini sendiri dikenal sebagai sosok petani yang giat memperjuangkan kesejahteraan para buruh tani di Indonesia.
Tak hanya itu, dengan kecerdasannya, Zainal Arifin Fuat kerap kali menelurkan ide-ide cemerlang yang membantu kondisi pertanian di Indonesia.
Saking kuatnya perjuangannya, Zainal Arifin Fuat pun sampai di dapuk menjadi pembicara asal Indonesia di kongres tahunan FAO yang digelar di Markas PBB.
Digelar pada Selasa (16/7/2019) lalu, Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO baru saja menggelar konfrensi yang bertajuk United Nations Decade of Family Farming di News York, Amerika Serikat.
Baca Juga: Atas Kemauan Sendiri, Wanita Ini Berjuang Carikan Janda untuk Dimadu Suaminya
Dalam konfrensi yang diselenggarakan tahunan ini beragendakan membicarakan tentang pembangunan berkelanjutan serta pemberantasan kemiskinan, kerawanan pangan dan gizi buruk.
Sebagai delegasi terpilih dari Indonesia, Zainal Arifin Fuat pun menyampaikan pandangan mengenai petani, pertanian dan organisasi tani yang bergerak di Indonesia.
Sekretaris Utama Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York Ali Andika Wardhana mengungkapkan bahwa ada lima poin utama yang disampaikan Zainal dalam konferensi tersebut.
Pertama, Zainal menyampaikan sistem pertanian keluarga yang kini tengah di terapkan di Indonesia bertujuan menjami ketersedian pangan yang berkelanjutan.
"Zainal menyampaikan bahwa sistem pertanian keluarga (family farming) sebagai sistem pertanian yang bertujuan menjamin ketersediaan bahan pangan yang healthy and sufficient, memperkuat keadilan sosial dan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan," ujar Ali.
Kedua, Zainal mengatakan bahwa Family Farming dapat mendukung tercapainya pembangunan sumber daya alam yang terbaharui yakni zero hunger.
Hal ini dapat diraih dengan sistem family farming yang memperkuat produsen makanan skala minor.
Sedangkan pada poin ketiga, Zainal mengungkap adanya keterkaitan antara upaya pencapaian hal-hal teresebut dengan tujuan utama United Nation of Family Farming dan UN Declaration on the Rights of Peasants yang telah diadopsi melalui resolusi SMU PBB New York pada Desember 2018.
Keempat, petani yang juga mewakili Komite Koordinator Gerakan Petani Sedunia (La Via Campesina) menyampaikan agar UN Decade dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya pada petani keluarga.
Baca Juga: Runi Khatun, Seorang Wanita dengan Isi Perut Seharga Rp 924 Juta
Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan koheren di bidang pertanian di semua level.
"Kelima, Zainal meminta semua negara, FAO, pihak Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD) bekerja sama.
Baik di tatanan nasional, regional, maupun global, guna pencapaian tujuan Sustainable Development Goals melalui acara tersebut," pungkas Ali.
Baca Juga: Diduga Karena Emosi, Seorang Anggota Polri Nekat Tembak Rekannya Hingga Tewas
Melansir dari laman resmi SPI, tak hanya itu, Zainal Arifin Fuat rupanya juga membicarakan hak dan kesejahteraan para petani yang harus digalakkan.
Hal tersebut meliputi hak tanah, air, benih dan hak-hak petani wanita yang harus ditegakkan dan dilindungi menjadi solusi untuk tantangan yang kini tengah dihadapi sistem pangan dunia.
Terlebih lagi di Indonesia.
“Pengakuan, pemenuhan, dan perlindungan hak-hak asasi petani dan masyarakat yang bekerja di pedesaan yang terkandung dalam Deklarasi PBB itu akan menjadi dasar norma dan indikator keberhasilan untuk implementasi agenda Dekade Keluarga Pertanian PBB,”
"Hak-hak ini, yang diabadikan dalam perjanjian, pedoman, dan yang paling penting dalam Deklarasi PBB yang saya sebutkan di atas, dapat memberdayakan petani dan petani keluarga di seluruh dunia untuk mengurangi konflik sosial, krisis pangan, kemiskinan, migrasi, alam, kehancuran bumi, hingga krisis iklim, serta untuk menarik dan menjaga agar semakin banyak kaum muda di pertanian dan di daerah pedesaan tertarik untuk kembali menjadi petani,” papar Zainal.
(*)