Bisa dikatakan bahwa Sosrokartono adalah orang Indonesia pertama yang menjadi wartawan.
Solichin Salam dalam buku "R.M.P Sosrokartono: Sebuah Biografi, menulis bahwa Sosrokartono juga diberikan pangkat mayor oleh panglima perang Amerika Serikat untuk memperlancar pekerjaannya sebagai wartawan perang.
Gaji wartawan perang pada kala itu mencapai 1.250 dollar, dengan gaji sebesar itu ia bisa jadi seorang miliuner di Eropa kala itu.
Salah satu hasil liputan terbaik yang pernah ia lakukan adalah ketika Sosrokartono meliput perundingan gencatan senjata antara Sekutu dan Jerman.
Karena sangat rahasianya perundingan tersebut membuat tidak semua orang bisa meliput peristiwa penting itu, namun Sosrokartono adalah salah satu orang yang beruntung bisa meliput peristiwa penting di Eropa kala itu.
Namun sayang sekali, hasil liputan yang dilakukan oleh Sosrokartono mengenai perundingan tersebut sampai sekarang sangat susah ditemukan.
Selepas menjadi Jurnalis, Kartono pernah menjabat sebagai penerjemah Liga Bangsa-bangsa (Sebelum PBB).
Jabatan tersebut diemban selama 1919-1921, namun ia tak kerasan karena LBB yang tak netral akhirnya keluar dari pekerjaan bergengsi tersebut dan memutuskan kembali ke tanah air.
Sekembalinya di Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda, ia kesulitan mendapatkan perkerjaan.