Sosok.ID - Perang Rusia - Ukraina, masih belum menunjukkan tanda akan berakhir.
Vladimir Putin beberapa waktu lalu sempat menggunakan alasan 'genosida' sebagai pembenaran atas tindakan mematikan di Ukraina.
Adapun Maxar Technologies mengatakan citra satelit yang diambil pada hari Kamis (10/3/2022) menunjukkan bahwa kendaraan, tank dan artileri sepanjang 64 km (40 mil) telah putus dan telah dipindahkan.
Namun hal itu belum berakhir.
Pejabat Ukraina pada Minggu (13/3/2022) melaporkan bahwa Rusia menyerang pangkalan militer di Ukraina barat, menewaskan sedikitnya 35 orang.
Dilansir dari Al Jazeera, otoritas militer di Lviv mengatakan bahwa militer Rusia melancarkan serangan udara mematikan yang menargetkan pangkalan militer Ukraina di Yavoriv dekat perbatasan Polandia.
Orang-orang di Kyiv berebut untuk melarikan diri dengan sebagian besar pasukan darat Rusia sekitar 25 km (16 mil) dari pusat ibukota Ukraina.
Walikota Mariupol mengatakan 12 hari pengeboman Rusia telah menewaskan 1.500 orang di kota pelabuhan yang terkepung saat penembakan berlanjut.
Amerika Serikat telah mengatakan akan memberikan tambahan hingga $200 juta senjata ringan, anti-tank, dan senjata anti-pesawat ke Ukraina.
Sementara Rusia mengatakan pasukannya dapat menargetkan pasokan senjata Barat di Ukraina.
Paus Sebut Invasi Ukraina 'Agresi Bersenjata'
Paus Fransiskus telah mengeluarkan kecaman terberatnya terhadap perang di Ukraina, dengan mengatakan “agresi bersenjata yang tidak dapat diterima” harus dihentikan.
Berbicara kepada ribuan orang di Lapangan Santo Petrus untuk pemberkatan hari Minggu, Paus Fransiskus juga mengatakan pemboman rumah sakit dan sasaran sipil lainnya adalah "biadab" dan dengan "tidak ada alasan strategis yang valid".
“Atas nama Tuhan, saya meminta Anda: hentikan pembantaian ini!,” katanya, seraya menambahkan bahwa kota-kota Ukraina berisiko “direduksi menjadi kuburan.”
Baca Juga: 'Bau Genosida', Vladimir Putin Anggap Perang di Ukraina Harus Dilakukan karena Kejahatan Kemanusiaan
Qatar meminta semua pihak untuk 'menahan diri' atas Ukraina
Di sisi lain, Menteri luar negeri Qatar telah meminta semua pihak untuk “menahan diri” dan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut atas Ukraina dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Ukraina, menurut pernyataan kementerian luar negeri Qatar.
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan kepada Dmytro Kuleba Ukraina bahwa Qatar mendesak "semua pihak untuk menahan diri, menyelesaikan perselisihan melalui dialog konstruktif dan metode diplomatik, dan untuk menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara damai," kata pernyataan itu. (*)