Masih jadi Negara Melarat karena Aset Berharganya Terus Dikeruk, Timor Leste Tetap Teguh Yakini Itikad Baik Australia untuk Bayar Ganti Rugi

Rabu, 10 November 2021 | 20:12
Wiken.id

Timor Leste

Sosok.ID -Timor Leste dan Australia terlibat sengketa perbatasan laut yang telah berlangsung selama empat dekade.

Sengketa ini akhirnya berhasil diselesaikan usai Australia dan Timor Leste menandatangani perjanjian yang telah lama ditunggu-tunggu di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada Maret 2018.

Seperti diketahui, laut di antara kedua negara begitu kaya akan minyak dan gas bumi.

Perjanjian tersebut akan membagi dengan jelas ladang minyak dan gas mana yang menjadi milik masing-masing negara.

Baca Juga: Soeharto Gelontorkan Uang Demi Patung Kristus untuk Rakyat Timor Leste, Bumi Lorosae Justru Tak Senang Lihat Arahnya yang Miring ke Indonesia

Dengan area ladang gas yang belum ditambang senilai miliaran juga akan dibagi.

Perjanjian itu menegaskan kepemilikan Timor Leste atas beberapa ladang yang disengketakan, beberapa di antaranya telah habis.

Tetapi karena Parlemen Australia belum meratifikasi perjanjian itu, Australia terus mengklaim 10 persen saham di ladang minyak yang menurut perjanjian itu sekarang sepenuhnya menjadi milik Timor Leste.

Terkait hal tersebut Ramos-Horta berujar, dia yakin Australia akan mengembalikan jutaan dollar uang yang diambil Australia untuk dikembalikan ke Timor Leste.

Baca Juga: Sandang Gelar Negara Termiskin Padahal Punya Cadangan Minyak Berlimpah, Terungkap Larinya Anggaran Timor Leste, Bak Disia-siakan untuk Hal Ini

Uang tersebut didapatkan negeri kangguru dari ladang minyak milik Timor Leste, berdasarkan perjanjian internasional yang ditandatangani sebelum diratifikasi.

Melansir Intisari Online, proyek Pemerintahan Timor Leste mengatakan ladang tersebut bisa menghasilkan sekitar 60 juta dollar AS (Rp852 triliun) dalam 12 bulan terakhir.

Nilainya hampir dua pertiga dari 96,1 juta dollar AS (Rp1,3 triliun) bantuan yang diberikan Australia pada 2017-2018.

Jose Ramos-Horta, yang memimpin sebagai presiden antara 2007 dan 2012, yakin bahwa Australia akan mengembalikan jutaan yang hilang.

"Kami kehilangan, setiap bulan, jutaan dolar, jadi saya berharap Australia benar-benar mempertimbangkan dengan itikad baik, membayar kembali jumlah yang harus dibayar kepada Timor Leste sejak penandatanganan perjanjian di New York," katanya kepada ABC.

Baca Juga: Satu-satunya Alasan Pede Lepas dari Indonesia, Timor Leste Hadapi Nasib Pahit, China Batalkan Kerjasama Setelah Sadari Hal Ini

Ramos Horta mengatakan dia yakin Australia akan membayar kembali sekitar 60 juta dollar AS karena "sifat nasional Australia adil".

Dia menolak anggapan bahwa Australia sengaja menunda ratifikasi untuk terus mendapat untung dari ladang minyak milik Timor Leste.

"Saya tidak berpikir Australia akan melakukan itu, tetapi aneh bagi saya bahwa kami telah menunggu lebih dari satu tahun sejak penandatanganan perjanjian batas laut."

Dr Ramos Horta percaya bahwa hubungan antara Australia dan Timor-Leste akan tetap kuat, bahkan jika ada penundaan lebih lanjut dalam meratifikasi perjanjian tersebut.

Sebagai informasi, Timor Leste memiliki ladang minyak yang ditemukan pada tahun 1974, yang menyimpan 5,13 triliun kubik gas.

Tergantung nilai pasar, nilainya bisa mencapai 65 miliar dollar AS (Rp923 triliun).

Meski demikan, Timor Leste masih menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dengan lebih dari 40 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan , menurut laporan Bank Pembangunan Asia.

Baca Juga: AS Makin Nekat Beri Bantuan ke Taiwan, Buat China Siaga Perang Tapi Gagal Terobos Barikade Pertahanan Taipei Gegara Hal Ini!

(*)

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya