Koar-koar Punyai Militer Terkuat, AS Telan Pil Pahit Saat 2 Kapal Selamnya Gagal Kacaukan Tiongkok di Laut China Selatan Sampai Bertabrakan, Ini Kronologinya!

Sabtu, 09 Oktober 2021 | 17:59
thyssenkrupp-marinesystems.com

(ilustrasi) Koar-koar Punyai Militer Terkuat, AS Telan Pil Pahit Saat 2 Kapal Selamnya Gagal Kacaukan Tiongkok di Laut China Selatan Sampai Bertabrakan, Ini Kronologinya!

Sosok.ID - Kapal selam bertenaga nuklir Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), yang rusak dalam tabrakan dengan obyek bawah air tak dikenal di Laut Cina Selatan, tiba di pelabuhan di Guam, pada Jumat (8/10/2021).

Tidak ada rincian lebih lanjut tentang keadaan tabrakan atau tingkat kerusakan USS Connecticut yang tersedia.

Tetapi Kementerian Luar Negeri China menyatakan "keprihatinan serius" tentang apa yang terjadi.

“Sebagai pihak yang terlibat, AS harus mengklarifikasi secara detail situasi kecelakaan, termasuk lokasi, tujuan pelayaran, detail kecelakaan, obyek seperti apa yang bertabrakan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kepada wartawan, pada Jumat (8/10/2021) melansir AP.

Baca Juga: Diculik, ditembak, Hingga Dibom, Kematian Model Cantik Ini Buat Geger, Jadi Pacar Gelap Mantan Menteri Hingga Disebut Kunci Kasus Korupsi Kapal Selam, Begini Kisahnya!

Menurut Zhao, AS juga perlu menjelaskan apakah itu menyebabkan kebocoran nuklir, dan apakah kejadian itu merusak lingkungan laut setempat.

Ketika mengungkapkan kecelakaan 2 Oktober pada Kamis (7/10/2021), Armada Pasifik AS mengatakan bahwa tidak ada kerusakan pada sistem propulsi nuklir kapal selam.

Sementara AS belum menentukan obyek bawah air apa yang telah dihantam.

Keterangan itu juga tidak menyebut di mana tabrakan itu terjadi. Tetapi pejabat lain mengatakan itu di Laut Cina Selatan.

Baca Juga: Ancam Kedamaian ASEAN Termasuk Indonesia Gegara Ulah Australia, Tiongkok Koar-koar Bakal Serang Negara Tetangga RI Gegara Hal Ini!

China mengeklaim kedaulatan total atas Laut China Selatan, sebuah sikap yang tidak diterima oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Beijing pun memprotes kehadiran Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.

Laut China Selatan adalah salah satu dari banyak titik pertikaian yang berkembang antara Washington dan Beijing, termasuk status Taiwan, pulau yang diklaim China sebagai miliknya.

Tabrakan bawah laut kapal selam AS di Laut Cina Selatan bukanlah kejadian biasa.

Angkatan Laut AS mengatakan sedang melakukan penyelidikan.

Baca Juga: Laut China Selatan, Beijing Picu Tensi Panas dengan Australia di Tengah Perlombaan Senjata

BBC melaporkan, sekitar 15 anggota awak menderita luka dari sedang hingga ringan, termasuk goresan dan memar menurut Angkatan Laut.

Connecticut, yang berbasis di Bremerton, Washington, adalah salah satu dari tiga kapal selam serang kelas Seawolf di armada Angkatan Laut AS.

Kapal selam itu dirancang selama Perang Dingin, dengan mempertimbangkan angkatan laut bekas Uni Soviet.

Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan AS menyerang kapal selam dan kapal permukaan.

Masing-masing dioperasikan dengan awak sekitar 140.

Baca Juga: Latihan Perang Anti Mainstream, 3 Kapal Selam China Nekat Gunakan Kapal Perang Inggris Sebagai Target Secara Langsung, Perang Besar Mengintai!

Zhao, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan kecelakaan itu mengungkap “ancaman serius dan risiko signifikan terhadap perdamaian dan stabilitas regional”.

Itu menurutnya ditimbulkan oleh operasi angkatan laut AS di Laut China Selatan, yang bertujuan untuk menantang klaim China, atas hampir seluruh jalur air strategis.

Dia juga menuduh AS menunda rilis informasi tentang tabrakan itu.

Baca Juga: Bahaya, Terdeteksi Menguntit di Bawah Laut, Kapal Perang Inggris Jadi Target Kapal Selam Nuklir China di Laut China Selatan

Zhao juga mengulangi keberatan China terhadap kesepakatan yang diumumkan bulan lalu, untuk memberi Australia kapal selam bertenaga nuklir.

Beijing melihat kesepakatan itu sebagai bagian dari kampanye untuk melawan peningkatan kekuatan militer dan ekonomi China di Asia.

“Pihak AS harus meninggalkan perang dingin lamanya dan pemikiran “zero-sum” serta konsep geopolitik yang sempit dan menghentikan pendekatan yang salah ini dan merusak perkembangan damai dan stabil di kawasan ini,” kata Zhao.

(*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, AP NEWS

Baca Lainnya