Nelayan Temukan Bukti Alat Eksplorasi Minyak di Laut China Selatan, Presiden Filipina Justru Bantah Mentah-mentah Klaim Warganya

Jumat, 23 Juli 2021 | 19:41
newsline.ph

Militer Filipina dan presidennya, Rodrigo Duterte

Sosok.ID - Nelayan Filipina dari Infanta, Pangasinan di Filipina utara diduga menemukan alat eksplorasi minyak di laut dalam zona ekonomi eksklusif negara itu.

Peralatan itu bertuliskan huruf China, kata mereka.

Istana Presiden Filipina pada hari Kamis (22/7/2021), menepis laporan bahwa China sedang melakukan eksplorasi minyak di wilayah yang diklaim Filipina di Laut China Selatan.

“Kami yakin bahwa tidak ada eksplorasi yang terjadi di Scarborough Shoal,” kata juru bicara kepresidenan Herminio L. Roque, Jr. dalam jumpa pers yang disiarkan televisi dalam bahasa campuran Inggris dan Filipina, melansir Business World.

Baca Juga: Rodrigo Duterte Sebut Manny Pacquiao 'Sampah', Teman Berubah jadi Musuh

Pemerintah hanya akan mencari penjelasan dari China setelah pasukan keamanan maritim negara itu, yang telah berpatroli di daerah itu, mengkonfirmasi laporan tersebut, tambahnya.

People's Development Institute sebelumnya melaporkan, seismometer dasar laut yang ditemukan oleh nelayan setempat banyak digunakan untuk eksplorasi minyak dan mendeteksi gempa bumi.

Kelompok itu mengatakan perangkat itu bisa saja hanyut dari Beting Scarborough yang kaya sumber daya, yang oleh Filipina disebut Panatag.

Penjaga Pantai Filipina pada hari Senin menyebut telah mengusir sebuah kapal perang China di Laut China Selatan, sebagai tanda ketegangan lain antara kedua negara.

Baca Juga: Mimpi Buruk Nelayan Filipina Setelah Milisi Beijing Tabrak Kapal di ZEE Laut China Selatan, Sosok Randy Megu: Saya Sangat Takut..

Penjaga Pantai telah mengirim tantangan lisan ke kapal perang China yang terlihat di Marie Louise Bank, katanya, mengutip laporan 13 Juli. Kapal China akhirnya pindah dari daerah tersebut.

Kapal asing itu mengirim pesan radio yang mengidentifikasi dirinya sebagai "Kapal Perang Angkatan Laut China 189" dan meminta kapal Filipina yang membuntutinya untuk menjaga jarak, kata Penjaga Pantai.

Kapal kedua negara telah terkunci dalam kebuntuan di Laut China Selatan selama berbulan-bulan setelah ratusan kapal China menyerbu wilayah yang disengketakan awal tahun ini.

Filipina telah berulang kali memprotes kehadiran kapal dan telah didukung oleh AS, sementara Beijing mengatakan tindakannya normal dan sah.

Baca Juga: Penyusup Dari Tiongkok Sampai Kocar Kacir, Inilah Pasukan

Filipina di bawah mendiang Presiden Benigno S.C. Aquino III menggugat China di hadapan pengadilan arbitrase di Den Haag karena kegiatan pembangunan pulau dan militernya di Laut China Selatan. Pengadilan pada tahun 2016 memihak Filipina dalam keputusan yang diabaikan China.

Presiden Rodrigo R. Duterte, yang thubungan menguatkan perdagangan dan investasi dengan China sejak ia menjadi Presiden pada 2016, pada bulan Maret meremehkan kemenangan hukum tersebut, dengan mengatakan bahwa itu hanya selembar kertas yang bisa berakhir di tempat sampah.

“Saya mengejarnya tetapi tidak ada yang terjadi,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi di Filipina pada 5 Mei.

Dia menambahkan bahwa di antara scalawags, orang selalu dapat mengatakan bahwa “itu hanya selembar kertas dan saya akan membuangnya ke keranjang sampah.”

Baca Juga: Putus Asa? Filipina Kerahkan 'Malaikat Laut' yang Isinya 81 Perempuan untuk Cegah Perang Laut China Selatan

Para legislator Filipina telah mendesak Duterte untuk meningkatkan aliansi Filipina dengan AS. Pemimpin yang berbicara keras itu telah mengkritik AS atas apa yang dia klaim sebagai perlakuan buruk terhadap bekas jajahannya.

Di bawah pengawasan Aquino, Filipina menandatangani pakta kerja sama pertahanan yang ditingkatkan dengan AS, sekutu utama negara China di barat.

Juru bicara mengatakan, Duterte belum memutuskan apakah akan mempertahankan perjanjian pasukan kunjungan dengan AS.

Presiden Duterte pada Februari tahun lalu sesumbar dia akan mengakhiri kesepakatan tentang pengerahan pasukan untuk latihan perang setelah Kedutaan Besar AS membatalkan visa sekutunya Senator Ronald M. de la Rosa, mantan kepala polisi yang memimpin perang mematikan terhadap narkoba.

Baca Juga: Korban Tragedi Pesawat Militer Filipina Kebanyakan Tentara Muda, Jadi Kecelakaan Angkatan Udara Terburuk, 50 Tewas

Perusahaan citra geospasial yang berbasis di AS, Simularity, Inc. mengatakan kapal-kapal China juga dapat membuang kotoran manusia di bagian lain Laut China Selatan yang diklaim oleh Filipina. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Business World Online

Baca Lainnya