Wilayahnya Cukup Luas dengan Penduduk Sedikit, Kawasan Ini Justru Jadi Incaran Negara-negara Berkekuatan Militer Besar, Dari AS, Rusia, Hingga China Kirim Pasukan Untuk Bisa Duduki, Ini Sebabnya!

Rabu, 26 Mei 2021 | 19:51
China Military

Wilayahnya Cukup Luas dengan Penduduk Sedikit, Kawasan Ini Justru Jadi Incaran Negara-negara Berkekuatan Militer Besar, Dari AS, Rusia, Hingga China Kirim Pasukan Untuk Bisa Duduki, Ini Sebabnya!

Sosok.ID- Militer Rusia sempat gegerkan publik tahun lalu saat menaruh sketsa terakhir atas landasan yang cukup panjang dilintasi jet tempur dan pesawat bomber.

Itu adalah sentuhan terakhir untuk pangkalan udara Nagurskoye, terletak di kepulauan es besar di Samudra Arktika.

Publik pun dikejutkan dengan tindakan Putin untuk mengubah hangar jet tempur usang Soviet menjadi salah satu pos militer paling canggih Rusia.

Bahkan tempat tersebut kini berfungsi memenuhi ambisi Kremlin di Arktika yang kaya raya.

Baca Juga: Tegang, ChinaLepeh Mentah-mentah Panggilan Telepon AS, Naikkan Tensi Selat Taiwan dan Laut China Selatan di Tengah Ancaman Perang

Pangkalan-pangkalan itu dikombinasi menjadi distrik militer baru Januari kemarin di bawah komando Armada Utara, angkatan laut Arktika milik Rusia.

Armada tersebut memiliki pangkalan di Teluk Kola, dekat dengan kota Murmansk, Arktika, 800 mil dari Nagurskoye.

Pesawat perang Rusia MiG-31 telah mendarat di Nagurskoye sejak tahun lalu, dan distrik militer baru menerima armada Su-34.

Melansir Wall Street Journal, tujuannya adalah memproyeksikan kekuatan Rusia di wilayah yang Washington inginkan.

Baca Juga: Meleset Sedikit Bisa Meledak di Wilayah Indonesia, China Tiba-tiba Ancam Bakal Luncurkan Rudal Balistik dengan Target Australia, Ternyata Ini Penyebabnya!

Jet tempur terbang dari Nagurskoye dapat mencapai pangkalan militer paling utara AS di Thule, Greenland, dalam 1 jam saja.

Pesawat itu juga bisa mencapai New York dalam 2 jam saja.

"Rusia bekerja menggunakan Arktika untuk meraih status kekuatan besar dan dalam melakukannya menjadi ancaman jauh lebih besar daripada sebelumnya 10 tahun terakhir," ujar Rebecca Pinsus, pakar Artika di U.S Naval War College, Newport, R.I.

Ironisnya, saat es di kutub utara mencair, minyak dan gas alam dan juga rute laut yang baru telah semakin mudah diakses.

Baca Juga: Mengerikan, Jet Tempur PLA Hujani Ribuan Amunisi dalam Penembakan di Laut China Selatan

Moskow telah memindahkan kekuasaan utuh atas wilayah itu yang mereka lihat penting sebagai masa depan ekonomi Rusia.

Untuk Moskow, kutub menjadi medan perang geopolitik terakhir mereka di mana Moskow memegang kekuatan besar melawan Washington dan Beijing yang berupaya memperluas kekuasaan di sana.

Di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, militer Rusia telah menjadi alat untuk kebijakan politik Rusia.

Di Arktika, yang penuh dengan sengketa teritori dan masalah hukum, pasukan bersenjata ditugaskan mendorong batas kontrol Rusia.

Baca Juga: Israel-Palestina Damai bak Bualan, AS Memulai Misi Timur Tengah Dukung Gencatan Senjata di Gaza

Dengan ladang minyak Siberia Barat milik Rusia tampaknya menurunkan produksi tahun-tahun mendatang, Moskow mencari Arktika sebagai sumber baru hidrokarbon.

Armada Utara mengatakan di tahun 2019 lalu mereka telah temukan lima pulau baru di tengah melelehnya es di Laut Kara.

Tempat itu menjadi pusat aktivitas Moskow mengeksplorasi minyak, dan juga telah mengklaim minyak di situ untuk Rusia.

Militer telah merenovasi pangkalan udara lain di sepanjang pantai utara Rusia dan mengirimkan sistem pertahanan udara S-400 dan radar canggih guna mempersulit potensi kemajuan dari negara-negara Organisasi Perjanjian Atlantik Utara.

Baca Juga: Total Anggota KKB Papua Sudah Diketahui Hanya 150 Orang, Mengapa Pasukan Setan Berjumlah 400 Personel Sulit Memburunya? Ternyata Ini Penyebabnya!

Di Teluk Kola, kapal selam nuklir kelas baru Armada Utara ditempatkan guna memastikan Moskow mempertahankan keunggulan di bawah air.

Kapal pemecah es militer yang kemungkinan dipersenjatai dengan rudal kapal akan segera dipindahkan ke perairan Kutub Utara.

"Kompetisi tumbuh antara negara-negara terkuat di dunia untuk akses sumber daya di Samudra Arktika dan rute transitnya," ujar Menteri Pertahanan Sergei Shoigu April lalu.

"Karena penanganan yang dilakukan, Armada utara mampu secara efektif melawan tantangan dan ancaman yang dihadapi Rusia di Arktika."

Baca Juga: Kapal Perang Bertolak Menuju Papua, 400 Personel Batalyon 'Pasukan Setan' Akan Gempur KKB Papua

Shoigu mengatakan tahun lalu pasukan bersenjata telah laksanakan ekspedisi untuk mengkoleksi bukti geologis mendukung klaim Moskow atas wilayah bawah laut yang diperkirakan menyimpan sumber daya minyak dan gas.

Kini keputusan ada di tangan PBB apakah struktur bawah laut itu, Lomonosov Ridge, adalah bagian dari Rusia, Denmark, atau Kanada.

Amerika Serikat (AS) sendiri telah memperhitungkan ulang strategi Kutub Utara mereka.

Mereka mendorong rencana menaruh lebih banyak jet tempur generasi kelima di Alaska daripada tempat lain di negara itu.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Laut China Selatan Bakal Dipenuhi Kapal-kapal Induk Milik Beberapa Negara dengan Kekuatan Militer Besar, Salah Satunya Inggris, Tiongkok Marah Besar, Ada Apa?

Upaya tersebut dilakukan untuk membuat kewalahan pertahanan antijet Rusia.

Sementara itu ancaman dari China adalah proyek pengembangan gas bernilai multimilar dolar di Arktika, Rusia.

Beijing tertarik dengan Rute Laut Utara sebagai alternatif jalur kapal Laut China Selatan yang penuh sengketa.

Meski diketahui memiliki kedekatan, Rusia kini juga cukup khawatir dengan tindakan China yang juga ingin mengklaim Kutub Utara dan membuat rencana Kremlin gagal di sana.

Ternyata Beijing telah merencanakan bakal membuat mesin pemecah es bertenaga nuklir untuk bisa mengarungi Kutub Utara.

Hal itu disebut tanpa sepengetahuan Rusia. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : intisari-online.com

Baca Lainnya