Borok Israel Dikuliti Mantan Kapten Jet Tempur, Pilih Mundur Gegara Diperintahkan Jatuhkan Bom ke Jalur Gaza Palestina, Begini Penyesalannya!

Senin, 24 Mei 2021 | 17:27
Wiki

Borok Israel Dikuliti Mantan Kapten Jet Tempur, Pilih Mundur Gegara Diperintahkan Jatuhkan Bom ke Jalur Gaza Palestina, Begini Penyesalannya!

Sosok.ID - Salah satu mantan kapten pilot Angkatan Udara Israel mengambil keputusan mundur gegara perintah yang tak masuk akal dari atasannya.

Ia mengundurkan diri dari kesatuan setelah sadar menyerang Palestina adalah sebuah kejahatan.

Mantan pilot Angkatan Udara Israel membuat pengakuan bahwa yang dilakukan Israel pada Palestina adalah kejahatan.

Ia bernama, Yonatan Shapira dan ia mengungkap negaranya kini, Israel telah dijalankan oleh para penjahat perang.

Baca Juga: Ulah Israel Diam-diam Hancurkan Dinding Masjid Al Aqsa, Keropos dan Retak, Lalu Roboh dengan Sendirinya

Saphira mengundurkan diri dari militer Israel pada 2003 dengan pangkat terakhir adalah kapten.

Kala itu, Intifada Kedua sedang berada pada puncaknya sebagaimana diwartakan

yang dikutip Middle East Monitor pada Senin (17/5/2021).

Untuk diketahui, Intifada adalah gerakan perlawanan luas rakyat Palestina terhadap Israel.

Intifada Pertama meletus pada 1988 sedangkan Intifada Kedua pecah tahun 2000.

Baca Juga: Israel Tak Bisa Lari Lagi, Iran Buktikan Dukung Hamas Lawan Negeri Zionis, Drone Pembawa 13 Bom dengan Jangkauan 1200 Mil Siap Jadi Senjata

Saphira secara eksklusif mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ketika itu dia baru menyadari kalau dia adalah bagian dari “organisasi teroris” karena bergabung dengan militer Israel.

“Saya menyadari selama Intifada Kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang,” kata Saphira kepada Anadolu Agency.

Dia menambahkan, militer Israel-lah yang sebenarnya meneror populasi Palestina yang berjumlah jutaan orang.

“Ketika saya menyadarinya, saya memutuskan untuk tidak hanya pergi (dari militer Israel).

Tetapi juga mengorganisasi pilot-pilot lain yang secara terbuka menolak untuk ikut serta dalam kejahatan ini,” tambah Saphira.

Baca Juga: Ditahan Tentara Israel Bersenjata Lengkap di Depan Masjid Al Aqsa, Aktor Fedi Nuril Ungkap Rasakan Keajaiban: Aneh

Saphira menuturkan, sebagai seorang anak yang tumbuh di Israel, dia mengaku dicekoki dan dibesarkan oleh doktrik militeristik Zionis yang sangat kuat.

“Anda hampir tidak tahu apa-apa tentang Palestina, Anda tidak tahu tentang Nakba (pengusiran warga Palestina dari rumahnya) pada 1948.

Anda tidak tahu tentang penindasan yang sedang berlangsung," imbuh Shapira.

Sejak hengkang dari tentara Israel, Shapira telah meluncurkan kampanye yang mendorong personel militer Israel lainnya untuk tidak mematuhi perintah menyerang warga Palestina.

Kampanye yang dilancarkan Shapira rupanya telah membuahkan hasil.

Baca Juga: Jokowi Tidak Tutup Mata, Indonesia Desak Israel Buka Akses Kemanusiaan ke Gaza, Retno Marsudi Serukan 3 Langkah Kunci PBB Atasi Konflik Palestina

Sebanyak 27 pilot militer Israel telah diberhentikan dari jabatan mereka di Angkatan Udara Israel sejak 2003 karena kampanye dari Shapira.

Sementara itu, konflik antara Palestina dan Israel hingga saat ini masih memanas.

Dalam sepekan terakhir, jet-jet tempur Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza yang terblokade.

Rentetan serangan itu menewaskan sedikitnya 188 warga Palestina termasuk 55 anak-anak dan 33 wanita serta melukai 1.230 orang.

Baca Juga: Gencatan Senjata dengan Hamas Cuma Awal, Israel Nasibnya Kini Bak di Ujung Tanduk, Iran Ada di Garis Depan Bersiap Gempur Negara Zionis

Intifada

Intifada adalah gerakan perlawanan luas rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel.

Sejarah mencatat, gerakan Intifada telah terjadi sebanyak dua kali.

Intifada pertama dimulai pada Desember 1987 dan berakhir pada September 1993.

Sedangkan Intifada kedua dimulai pada September 2000 dan diyakini berakhir pada 2005.

Intifada kedua juga kerap disebut sebagai Intifada Al-Aqsa.

Kedua gerakan perlawanan tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 5.000 warga Palestina dan sekitar 1.400 orang Israel. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : intisari-online.com

Baca Lainnya