'Jika Saya Orang Indonesia, Saya Tidak Akan Percaya', Diiming-imingi Bantuan Rp 28 Triliun, Donald Trump Minta RI Bangun Hubungan dengan Israel

Kamis, 24 Desember 2020 | 14:00
Setpres

Presiden Jokowi dan Donald Trump

Sosok.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mendorong agar negara-negara Muslim membangun hubungan diplomatik dengan Israel.

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar, dapat mengantongi bantuan pembangunan hingga 2 miliar dollar AS (Rp 28 triliun) jika berkenan melakukannya.

Chief Executive Officer DFC Adam Boehler dalam sebuah wawancara hari Senin (21/12/2020) di Hotel King David di Yerusalem, mengatakan kepada Bloomberg mengenai hal tersebut, yang dikutip Sosok.ID, Kamis (24/12/2020).

Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS, sebuah badan pemerintah yang berinvestasi di luar negeri, dapat melipatgandakan portofolio 1 miliar dollar AS (Rp 14 triliun) saat ini jika Indonesia mengembangkan hubungan dengan Israel, katanya.

Baca Juga: Lebih Canggih dari Iron Dome, Israel Perkenalkan Sistem Rudal Baru

"Kami sedang membicarakannya dengan mereka," kata Boehler.

“Jika mereka (Indonesia) siap, maka kami akan dengan senang hati bahkan mendukung secara finansial lebih dari apa yang kami lakukan,” lanjutnya.

Boehler mengatakan, dia tidak akan terkejut jika pendanaan organisasinya untuk Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, akan tembus "lebih dari satu atau dua miliar dolar."

Para pemimpin Amerika dan Israel mengatakan mereka mengharapkan lebih banyak negara untuk bergabung dalam gelombang perjanjian normalisasi dengan Israel.

Baca Juga: Demi Bebas dari Daftar Negara Pendukung Teroris, Sudan yang Krisis Rela Kuras Rp 4,9 Triliun untuk Diberikan kepada AS

Beberapa bulan terakhir, negara yang memutuskan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko.

AS juga berharap Oman dan Arab Saudi akan bergabung, meskipun Boehler mengatakan pendanaan DFC untuk kedua negara tersebut akan dibatasi.

Alasannya karena organisasi tersebut tidak diizinkan untuk berinvestasi secara langsung di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Baca Juga: Kenapa Bisa? Militer Indonesia Dinilai Unggul dari Israel

Indonesia patut waspada

Tawaran dari pemerintahan Presiden Donald Trump yang dimunculkan tak lama sebelum Presiden AS terpilih Joe Biden dilantik pada Januari, patut dicurigai.

Kepada Jewish Telegraphic Agency, dikutip via Kompas.com, Staf Kongres AS yang berhubungan dengan Partai Demokrat mengingatkan Indonesia untuk waspada terhadap janji Trump.

Seperti diketahui, masa jabatan Donald Trump hanya tinggal menghitung hari.

Joe Biden akan segera memasuki Gedung Putih setelah pelantikannya pada 20 Januari 2021 mendatang.

“Jika saya orang Indonesia, saya tidak akan percaya pada janji yang dibuat pemerintah sekarang,” kata staf Kongres AS tersebut yang enggan disebutkan namanya. "DFC dirancang sebagai pengembangan, bukan insentif untuk perkembangan secara politis,” imbuhnya

Baca Juga: Pemeluk Islam di AS Berterima Kasih, Joe Biden Akhiri Larangan Muslim Inkonstitusional Trump di Hari Pertama Masa Kepresidenan

Demi melawan China

Apa yang dilakukan oleh pihak Trump, diduga kuat berhubungan dengan upaya melawan pengaruh China.

Boehler berada di Israel sebagai bagian dari delegasi bersama menantu Trump dan penasihat senior Jared Kushner.

Di Maroko, Boehler menyebut dia akan mengumumkan pembukaan cabang Prosper Africa pertama di Afrika Utara, sebuah inisiatif untuk meningkatkan bisnis antara AS dan Afrika.

Dia juga mengatakan agensinya kemungkinan akan menjadi bagian dari sindikat hutang untuk membantu membiayai penjualan pelabuhan terbesar Israel di kota Haifa utara.

Baca Juga: China Enyah Dulu, Turki Produksi Drone Bersenjata yang Mampu Guncang Keseimbangan Militer Timur Tengah, Indonesia Jadi Pasarnya

Perusahaan Amerika dan perusahaan Emirat telah menunjukkan minat dalam tender tersebut, dan Boehler mengatakan dia akan melihat tawaran yang melibatkan orang Amerika atau sekutu seperti UEA.

Sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi, Boehler membantu membentuk $ 3 miliar (Rp 42 triliun) bersama Israel-Emirat-AS, dana yang berbasis di Yerusalem untuk berinvestasi secara regional.

Kepala dana tersebut, penasihat senior Kedutaan Besar AS Aryeh Lightstone mengatakan, sejauh ini AS sedang melakukan uji tuntas pada lebih dari 10 kesepakatan potensial.

Salah satu yang pertama adalah pipa minyak di Israel.

Baca Juga: Nasib Apes Trump Sebelum 'Ditendang' dari Gedung Putih, Kongres Melawan Upaya Veto RUU Pertahanan Berkedok China: Presiden Jelas Belum Baca!

Boehler mengatakan bahwa AS sedang meneliti banyak hal untuk mencari cara memperluas ekspor gas alam Israel ke negara-negara Asia Tengah atau Eropa untuk membantu melawan pengaruh Rusia dan China.

Ini "area yang menarik, dan ini adalah pasar yang sering tidak dimainkan oleh Amerika Serikat," kata Boehler.

Di tempat lain di dunia, Boehler mengatakan prioritas sebelum pemerintahan Trump keluar dari kantor bulan depan adalah membantu negara-negara Amerika Latin yang berhutang miliaran ke China untuk proyek infrastruktur membiayai kembali hutang mereka.

"Kami sedang dalam diskusi intensif untuk melihat apakah kami dapat melakukan sesuatu di sana, di mana mereka membutuhkan bantuan dari segi pembangunan, dan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk keluar dari bawah China," katanya.

"Kita akan melihat apakah kita bisa menyelesaikannya sebelum 20 Januari," tandasnya. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com, Bloomberg

Baca Lainnya