Sendirinya Klaim Hampir Seluruh Laut China Selatan, China bak Tebal Muka Tuding AS Biang Kekacauan Asia-Pasifik

Rabu, 25 November 2020 | 12:42
sosok.gri.id

Pangkalan militer China yang dibangun cukup dekat dengan WIlayah Kedaulatan Indonesia.

Sosok.ID - China menuduh Amerika Serikat (AS) mencoba "menciptakan kekacauan" di Asia-Pasifik.

Tudingan dilayangkan sehari setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien, dalam kunjungannya ke Filipina, mendukung negara-negara yang bersengketa maritim dengan China.

Menyadur Al Jazeera, Rabu (25/11/2020), AS menuduh Beijing menggunakan tekanan militer untuk memajukan kepentingannya sendiri.

Selama perjalanan ke Manila, O'Brien memberi tahu dukungannya untuk Filipina dan Vietnam, dua negara yang berselisih dengan Beijing di Laut China Selatan.

Baca Juga: Jadi Penyeimbang Kekuatan dengan Amerika, Kapal Induk Shandong China Siap Lawan USS Nimitz

“Kami mendukung Anda," katanya.

Dia juga menegaskan tentang komitmen AS untuk Taiwan, negara yang memiliki pemerintahan sendiri yang juga berkonflik dengan Negeri Panda.

China mengatakan ucapan O'Brien "tidak masuk akal" dan malah membesar-besarkan ketegangan regional.

"Kami dengan tegas menentang pernyataan yang penuh dengan mentalitas Perang Dingin dan secara sembarangan menghasut konfrontasi," kata Kedutaan Besar China di Manila dalam pernyataan yang diposting di situsnya.

Baca Juga: USS Barry Kembali, US Navy Kembali Unjuk Gigi di Depan China

“Itu menunjukkan bahwa kunjungannya ke kawasan ini bukan untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan, tetapi untuk menciptakan kekacauan di kawasan itu demi kepentingan egois AS."

Diketahui, China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan di bawah apa yang mereka sebut sembilan garis putus-putus.

Selama beberapa tahun terakhir, China telah membangun instalasi militer di beberapa terumbu dan singkapan yang disengketakan.

Padahal ada keputusan pengadilan internasional yang menyatakan garis putus-putus China adalah ilegal.

Klaim China tumpang tindih dengan klaim negara Filipina, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.

Baca Juga: Tiongkok dan AS Nekat Akan Berperang di Laut China Selatan, Indonesia Ngamuk dan Ambil Langkah Serius Demi Jaga Kedamaian di Kawasan ASEAN

Filipina membawa kasusnya ke Den Haag setelah perselisihan selama dua bulan dengan kapal penangkap ikan Tiongkok atas Scarborough Shoal pada tahun 2014.

Pengadilan memutuskan dua tahun kemudian bahwa di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Filipina memiliki hak eksklusif atas sumber daya dalam jarak 370,4 km (200 mil laut) dari pantainya.

Namun apa daya, keputusan tersebut tidak menghalangi China atas klaimnya.

Mereka justru terus membangun pangkalan militer di laut yang bukan haknya, sementara AS telah berulang kali mengirim kapal perang di daerah tersebut untuk menyoroti kebebasan navigasi di Laut China Selatan, salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia.

Baca Juga: Ogah Lihat Tiongkok Jumawa dengan Luncurkan Kapal Induk yang Disebut Sebagai Pelindung Laut China Selatan, AS Langsung Kejar dengan Kapal Perusak Rudal, Perang Dimulai?

China tuduh AS provokatif

Kedutaan Besar China menuduh AS berperilaku "provokatif".

"Fakta telah membuktikan bahwa AS adalah pendorong terbesar militerisasi Laut China Selatan dan faktor eksternal paling berbahaya yang membahayakan perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan," katanya dalam pernyataan yang merujuk pada jalur air tersebut.

China juga mengecam komentar O'Brien di Taiwan, negara yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

O'Brien memperingatkan China bahwa mereka akan menghadapi "serangan balasan" jika Beijing mencoba menggunakan kekuatan militer untuk memaksa pulau itu (Taiwan) menyerah.

Baca Juga: Setahun Lebih Menjadi Momok Warga Dunia, Kabar Baik Soal Virus Corona Diungkap Ahli, Sebut Covid-19 Bisa Mati karena Hal Ini

Pernyataan Beijing berbunyi, Taiwan adalah urusan "internal" bagi China.

“Hanya ada satu China di dunia,” katanya.

“Baik Taiwan dan Hong Kong adalah bagian tak terpisahkan dari Tiongkok. Ini adalah fakta objektif dan norma dasar yang mengatur hubungan internasional."

Untuk diketahui, hubungan antara China dan AS telah memburuk sejak Donald Trump terpilih sebagai presiden pada tahun 2016.

Kedua belah pihak berselisih mengenai masalah dari demokrasi dan hak asasi manusia hingga teknologi dan perdagangan.

Sementara itu, presiden terpilih Joe Biden diperkirakan akan mengambil pendekatan yang lebih diplomatik ke China. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Al Jazeera

Baca Lainnya