Sosok.ID - Seorang mahasiswa rela menjadi kelinci percobaan untuk vaksin Covid-19 dan membayar sejumlah uang untuk itu.
Mahasiswa Universitas Birmingham, Inggris itu bakal segera mendaftar untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dari Sinovac.
Pelajar asal China diharuskan membayar Rp 902.555 untuk membeli vaksin yang belum terbukti secara ilmiah itu.
Evelyn Wu, mahasiswi ekonomi berusia 20 tahun ingin kembali ke kampusnya pada Januari.
Sehingga, setelah mendengarkan kabar ketersediaan vaksin Covid-19 yang dapat diakses, ia segera berusaha mendapatkannya.
"Saya benar-benar merasa senang. Ini seperti vaksin biasa," katanya kepada Sky News.
Dia pergi ke rumah sakit di Yongkang, China timur, pada Senin (19/10/2020) untuk mendaftar.
Seperti yang dilansir dari Sky News pada Selasa (20/10/2020), 2 hari kemudian, dia membuat janji.
"Saya perlu menandatangani beberapa kontrak. Ada rincian tentang Covid-19. Dan itu memberi tahu saya bahwa itu sangat aman, meski baru tahap 3," ujarnya.
Wu menandatangani formulir tersebut mengakui bahwa dia mungkin mengalami beberapa gejala Covid-19 ringan dan segera menerima dosis vaksin yang pertama dari 2.
Total dia akan membayar sekitar £ 52 (Rp 902.555).
Vaksin yang dia terima itu dibuat oleh Sinovac, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Beijing.
Perusahaan masih melakukan uji coba tahap akhir di Brasil, Turki, serta Indonesia, dan mengatakan dapat mempublikasikan data uji coba tahap 3 pendahuluan pada November.
Itu berarti belum memenuhi standar keamanan dan kemanjuran khas untuk pengembangan vaksin, tetapi China masih mengizinkannya untuk penggunaan darurat, yang diklaim mendapat dukungan dari WHO.
"Ya, saya sedikit khawatir tentang (vaksin Covid-19) yang masih tahap percobaan 3," kata Wu kepada Sky News.
"Dan saya pikir saya adalah orang yang menjadi subjek tes, orang yang diperlakukan seperti tikus kecil," imbuhnya.
Wu mengatakan dia tidak merasakan efek samping, selain sedikit kantuk.
Rumah sakit tidak akan memantaunya secara langsung, tetapi dia diberitahu untuk segera datang ke rumah sakit, jika dia mengalami suatu gejala apa pun.
Bagi Wu, persetujuan pemerintah lebih penting daripada klaim ilmiah.
"Saya percaya China dan saya pikir benar-benar aman untuk divaksinasi. Saya percaya pada pemerintah."
Orang lain kurang percaya, menurut Wu.
Dia mengatakan bahwa, pada September, pemerintah bertanya kepada para dokter dan guru apakah mereka juga ingin menerima vaksin.
"Tetapi beberapa dokter dan beberapa guru menolak untuk melakukan vaksinasi. Mereka pikir itu berbahaya karena mereka pikir mereka sedang diuji," katanya kepada Sky News.
"Mereka tidak ingin menjadi sukarelawan untuk mendapatkan vaksin eksperimental," terangnya.
Mulai Juli, ribuan karyawan dari perusahaan milik negara China telah menerima vaksin Covid-19 sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri.
Namun, kampanye baru ini memperluas tawaran vaksinasi ke masyarakat umum, di beberapa kota besar dan kecil, dengan beberapa batasan.
Relawan harus berusia 18-59 tahun dan merupakan penduduk lokal.
Otoritas kesehatan di provinsi Zhejiang, di China timur, telah menerbitkan pemberitahuan yang mengiklankan vaksin tersebut.
Prioritas diberikan kepada pekerja medis, orang-orang yang bekerja di perbatasan dan pusat karantina, pekerja sektor publik yang bepergian ke daerah berisiko Covid-19 menengah hingga tinggi, serta mereka yang ingin mengambil vaksin Covid-19.
Wu harus menunjukkan dokumen identitas universitasnya sebagai bukti niatnya untuk bepergian.
Vaksin Covid-19 dari Sinovac belum sepenuhnya diluncurkan.
Satu klinik kesehatan di Jiaxing, sebuah kota di provinsi yang sama yang telah mengiklankan vaksin tersebut.
Klinik tersebut mengatakan kepada Sky News bahwa pihaknya sedang menunggu dosis tiba, tetapi orang-orang dapat mendaftar untuk sementara waktu.
Namun, mengambil vaksin eksperimental membawa risiko.
Uji coba fase 3 dari vaksin Inggris dan AS yang bersaing, oleh AstraZeneca dan Johnson & Johnson, untuk sementara dihentikan setelah peserta jatuh sakit parah.
Sementara ini, memang belum ada insiden seperti itu yang dicatat secara publik oleh perusahaan China.
"Saya tidak berpikir kita (China) akan mengalami masalah yang sama. Karena itu eksperimen yang sama sekali berbeda, menurut saya. China menggunakan cara berbeda untuk menangani pandemi virus corona," katanya.
Dia akan mendapat dosis kedua dari vaksin pada November.
Rumah sakit merekomendasikan jeda 14-28 hari antara dosis.
Sekembalinya ke Inggris, dia mengatakan dia akan tetap memakai masker, menjaga jarak sosial, dan mencuci tangannya dengan bersih.
Satu klinik kesehatan di Jiaxing, sebuah kota di provinsi yang sama yang telah mengiklankan vaksin tersebut, mengatakan kepada Sky News bahwa pihaknya sedang menunggu dosis tiba.
Wu mengatakan ibunya sangat tenang ia mendapatkan vaksin Covid-19, yang mana ibunya sudah terlebih dahulu pergi ke Inggris pada Maret.
"Dia senang saya mendapat vaksinasi, karena menurutnya saya pemberani. Saya jadikan contoh bagi orang lain karena ada pepatah lama, yang pertama makan kepiting itu yang paling berani kan?" pungkasnya.
(Shintaloka Pradita Sicca)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Mahasiswa Rela Disuntik Vaksin Covid-19 Eksperimental dan Bayar Rp 902.555"