Demi Bisa Ikuti Sekolah Online, Bocah SD Ini Rela Keliling Jalanan Kota Jualan Tisu untuk Beli Handphone, Tapi Terrus-terusan Ditolak Konter HP karena Uangnya Kurang

Rabu, 07 Oktober 2020 | 19:00
Kolase gambar Tribun Sumsel/Shinta Dwi Anggraeni dan Pixabay

Bocah SD jualan tisu untuk beli handphone agar bisa ikuti sekolah online.

Sosok.ID - Impian Juni (12) untuk memiliki handphone akhirnya terwujud.

Senyum pelajarkelas VI MI Daarul Aitam Palembang itu langsung mengembang saat komunitas Sedekah Seribu Sehari (S3) menyambangi kediamannya pada Selasa (6/10/2020).

Kini ia tak lagi pusing meminjam handphone milik temannya untuk mengikuti sekolah online yang diterapkan pemerintah sejak pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia.

"Sebenarnya saya punya handphone, tapi sudah rusak. Jadi setiap hari ya itu tadi, belajarnya pinjam punya teman," ujar Juni seraya tersenyum malu ketika disambangi di kontrakannya di Jalan Telaga Swidak Kelurahan 14 Ulu Palembang.

Baca Juga: Dipukuli Pakai Balok Kayu Gegara Tak Ikut Belajar Online, Bocah 10 Tahun Justru Ngemis-ngemis ke Polisi Minta Ibunya Tak Ditangkap: Aku Sayang Ibu

Kisah perjuangan Juni untuk bisa memperoleh handphone demi mengikuti pembelajaran di sekolah, viral di sosial media.

Tepatnya saat Juni berkeliling konter di salah satu pusat perbelanjaan dengan membawa uang Rp 300 ribu hasil menabung dari berjualan tisu di lampu merah.

Saat itu Juni berujar kepada salah seorang penjaga konter bahwa ia sangat butuh handphone untuk belajar.

"Tolong saya bu, saya mau ngerjain tugas, saya masih mau sekolah, saya masih mau masuk SMP nanti," bunyi postingan tersebut menceritakan permohonan Juni kepada penjaga konter

Baca Juga: Seorang Ibu Ditembak Mati Tepat di Hadapan Anaknya yang Tengah Ikuti Kelas Online, Guru yang Mengajar Lewat Zoom Sebut sang Bocah 10 Tahun Sempat Tutup Telinga Sebelum Layarnya Berubah Jadi Gelap

Cerita haru Juni itu diposting oleh ketua komunitas S3 Palembang, Yulisna Dewi (41) di akun Facebooknya.

Kepada Tribunsumsel.com, Juni mengatakan saat itu ia sudah berkeliling ke berbagai konter untuk bisa mendapat handphone seharga Rp 300 ribu sesuai hasil tabungannya.

Namun tidak ada yang ia dapat karena handphone android yang ditemuinya dijual dengan harga paling murah Rp 500 ribu.

"Jadi tidak ada handphone yang saya beli. Sudah tanya-tanya sama yang jaga konter, tapi tidak ada yang jual (handphone) dengan harga segitu (Rp 300 ribu)," ujarnya.

Baca Juga: Kena Azab Gegara Bohongi Orang Tua, Ngakunya Belajar Tapi Malah Main Game Online, Tangan Remaja 15 Tahun Lumpuh Setelah Sebulan Penuh Terpaku di Depan Komputer

Rupanya, seorang penjaga konter menaruh iba melihat perjuangan Juni demi bisa belajar.

Penjaga konter tersebut ternyata mengenal ketua komunitas S3 dan menceritakan perjuangan Juni.

Sehingga pelajar itu bisa bantuan handphone yang merupakan salah satu program dari komunitas tersebut.

Dikatakan Juni, dirinya sama sekali tidak menyangka akan mendapat bantuan itu.

Baca Juga: Orang Tua Tak Sanggup Belikan Kuota, Gadis 14 Tahun Pilih Akhiri Hidupnya Gegara Tak Bisa Ikuti Sekolah Online Seperti Teman-temannya

Ia mengaku begitu senang karena saat ini sudah bisa belajar dengan tenang tanpa harus merasa gelisah lagi lantaran sebelumnya selalu meminjam handphone orang lain.

"Iya, senang sekali," ujarnya kembali tersenyum malu.

Sejak berusia 7 tahun, Juni mengaku sudah terbiasa berjualan 3 bungkus tisu seharga Rp. 10 ribu di lampu merah jalan-jalan protokol kota Palembang.

Tak hanya itu, bila sedang ada waktu luang, ia juga kerap memungut barang-barang bekas di jalan yang kemudian dijual kepada pengepul.

Baca Juga: Ketangkap Basah Cium Dada Pacar di Tengah Rapat Online, Anggota Dewan Ini Langsung Mundur dari Kursi Parlemen: Saya Pikir Kameranya Mati

Kegiatan itu dilakukan untuk menambah penghasilan ibunya yang juga merupakan seorang pemulung barang bekas.

"Saya jual tisu pindah-pindah tempat. Kadang di lampu merah Jalan Rajawali, kadang di Simpang Charitas. Tapi juga kadang ke Jalan di Sematang Borang," ujarnya.

Hampir setiap hari, Juni bersama teman-temannya berjualan tisu di lampu merah dari pukul 16.00 sampai 19.00.

Waktu itu dipilih karena tidak menganggu jadwal sekolah dan memang merupakan saat ramai karena banyak orang yang pulang kerja.

Baca Juga: Lupa Matikan Kamera, Seorang Staf Ketangkap Basah Sedang Berhubungan Badan Saat Hadiri Rapat Online Penting dengan Anggota Dewan

Mereka pergi ke tempat tujuan berjualan dengan menaiki angkot.

Kemudian saat hendak pulang, biasanya bocah-bocah tersebut lebih memilih untuk jalan kaki sampai ke rumah masing-masing.

"Lumayan dapat penghasilannya, setiap hari kadang bisa bawa untung Rp 50 ribu. Uangnya ada yang saya simpan sendiri, ada juga yang dikasih ke ibu."

"Jadi memang benar-benar menabung sedikit demi sedikit supaya bisa beli handphone.

Baca Juga: Keluarganya Selalu Terlihat Adem Ayem di Mata Tetangga, Pria Ini Mendadak Ajak Kedua Balitanya Lompat dari Lantai 9, Terungkap Permintaan Istri yang Jadi Pemicunya

"Tapi sekarang alhamdulillah sudah dapat handphonenya," ujar Juni tersenyum bahagia.

Kebahagian serupa juga dirasakan Masri (53), ibu kandung Juni.

Masri mengaku sangat bahagia sekaligus lantaran putrinya tersebut bisa mendapat bantuan handphone yang akan digunakan untuk belajar.

Sebab dengan keterbatasan ekonomi yang dialaminya, Masri mengaku hanya bisa pasrah melihat perjuangan putrinya yang berjuang demi bisa melanjutkan sekolah.

Baca Juga: Kepalang Tewas Gantung Diri Gegara Panik Bakal Tularkan Virus Corona ke Keluarganya, Pria Ini Ternyata hanya Sakit Pilek Biasa

"Karena dia biasanya datang sendiri ke sekolah cuma untuk kumpul PR. Kadang sama saya juga ke sekolah kalau dia lagi minta ditemani.

"Sedangkan teman-temannya yang lain kumpul tugas melalui handphone semua," ujarnya.

Masri berharap Juni bisa terus melanjutkan sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi.

"Ya, pastinya saya berharap dia bisa terus sekolah dan jadi orang sukses," ungkapnya.

Baca Juga: Demi Bisa Naik Pelaminan dengan Ayah Kandungnya, Wanita Ini Nekat Habisi Nyawa Suaminya Sendiri, Lalu Mutilasi Jasadnya dengan Keji

Sementara itu, ketua komunitas sedekah seribu sehari (S3) Palembang, Yulisna Dewi (41) mengatakan, program bagi-bagi handphone bagi pelajar yang membutuhkan, adalah salah satu dari program dari sekian banyak program dalam komunitas yang ia naungi.

Setidaknya sudah ada sekitar 20 handphone yang dibagikan komunitas tersebut sejak pembelajaran dengan sistem daring mulai diterapkan di sekolah.

"Semenjak kami dengar anak-anak susah belajar dengan handphone, timbul inisiatif untuk membuat gerakan.

"Jadi kami buka donasi handphone-handphone mati total, kemudian kami service. Soalnya kalau kasih handphone baru, pasti harganya mahal.

Baca Juga: Mulut Sampai Berbusa Jelaskan Soal Matematika Tapi Anaknya Tak Kunjung Paham Juga, Ayah Ini Nyaris Meninggal Dunia Gegara Kelewat Emosi Ajari Buah Hati Kerjakan PR

"Jadi kami berinisiatif seperti itu. Dan alhamdulillah ada yang mau bekerjasama dengan kami. Dia bisa service handphone-handphone rusak itu sampai hidup kembali.

"Tanpa dibayar, cuma kami beli alat saja. Dari itu, kegiatan ini bisa berjalan," ujarnya.

Yulisna berharap melalui program yang ia dan rekan-rekan jalani, dapat menjadi jalan keluar dari kesulitan para pelajar di masa pandemi seperti saat ini.

"Alhamdulillah, bantuan yang kami salurkan murni donasi dari para anggota. Kami tidak berharap pada pemerintah ataupun instansi-instansi. Anggota S3 juga berasal dari berbagai kalangan.

Baca Juga: 5 Tahun Berturut-turut Sukses Lampaui Target Penjualan, 4.116 Karyawan di Perusahaan Ini Masing-masing Dapat Hadiah Satu Unit Mobil Lengkap dengan Biaya Asuransi dan Pajaknya

"Mulai dari ibu rumah tangga, dokter, dosen, pengacara bahkan kuli bangunan, tukang becak juga ada yang menjadi bagian dari komunitas kami untuk memberi perhatian kepada mereka-mereka yang membutuhkan," ujarnya.

(Shinta Dwi Anggraini)

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Viral Pelajar di Palembang Jual Tisu Demi Beli HP Belajar Daring, Keliling Konter Uangnya Kurang

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Tribun Sumsel

Baca Lainnya