Sosok.ID - Kejadian menyayat hati dialami oleh seorang pria di Kabupaten Garut yang hampir berurusan dengan hukum.
Hal tersebut lantaran aksinya mencuri ponsel diketahui oleh anak sang pemilik barang.
Namun yang terjadi bukannya kasus pencurian tersebut lanjut di meja hijau tetapi justru si anak pemilik ponsel malah miris melihat kehidupan keluarga pelaku.
Kisah ini bermula dair Ahmad Teguh (34), seorang warga Cilelang, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.
Awalnya ia hanya ingin mencari ponsel ayahnya yang hilang di rumah beberapa waktu lalu.
Smartphone tersebut hilang saat diletakkan di rumah, bahkan kasus kehilangan ini sempat dilaporkan ke kantor polisi.
Karena merasa penasaran dengan hilangnya ponsel sang ayah, Ahmad pun mencoba mencari keberadaan ponsel tersebut.
Ternyata setelah ditelusuri, ponsel masih aktif dan bisa dilacak oleh Ahmad.
Keberadaan ponsel tersebut ternyata tak jauh dari kediaman Ahmad dan berada di desa tetangga.
Ia pun langsung menyambangi titik dimana ponsel tersebut berada dan betapa terkejutnya Ahmad saat berada di lokasi ponsel tersebut.
Ahmad bahkan sempat mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke dalam sebuah rumah yang menjadi titik keberadaan ponsel.
"Awalnya, sih, kalau HP-nya ada, pelaku pencurian mau saya bawa ke kantor polisi. Cuma setelah ketemu, kok jadi sedih dan ada rasa kasihan," katanya.
Saat berada di dalam rumah, Ahmad bertemu dengan si pemilik rumah bersama istri serta ketiga anaknya.
Rumah itu hanya berukuran 4x6 yang dihuni oleh lima anggota keluarga serta terbuat dari bambu.
Tak banyak isi perabotan di dalam rumah, yang terlihat mencolok oleh Ahmad hanya sebatas lemari pakaian dan lemari piring yang telah usang.
Matanya sempat tertuju pada salah satu anak yang ternyata sedang memegang ponsel yang ia kenali.
Ponsel sang ayah yang hilang beberapa hari lalu sedang dipegang bocah tersebut untuk mengikuti sekolah daring.
Ahmad pun makin sedih dan miris karena HP curian itu ternyata dipakai untuk belajar.
Menurut Ahmad, anak itu duduk di kelas 1 SMP, sedangkan kakaknya sudah putus sekolah dan adiknya yang paling bontot belum bersekolah.
"Saya sangat enggak nyangka si bapak nyuri HP biar anaknya bisa tetap sekolah dan belajar daring. Dari situ saya langsung lemas. Apalagi waktu nunggu, saya lihat keluarga itu cuma makan sepiring mi instan dan dimakan bersama," ujarnya.
Kepada bapak pemilik rumah, Ahmad pun mengatakan HP yang digunakan anak itu milik ayahnya.
Bapak yang bekerja sebagai kuli itu pun mengakui bahwa HP itu memang hasil curian.
"Saya minta saja si bapak datang ke rumah biar enggak salah paham. Dia langsung datang sambil menangis," ucapnya.
Pelaku pun meminta maaf pada ayah Ahmad dan mengaku terpaksa mencuri demi anak-anaknya tetap bisa belajar.
"Kalau niat nyuri, seharusnya semua barang berharga di rumah dibawa. Tapi ini, kan, cuma ambil satu HP," katanya.
Menurut Ahmad, HP curian itu sempat habis baterai. Untuk mengisi baterai, bapak tersebut harus ikut ke tetangganya.
"Saya sama ayah sepakat enggak memperpanjang masalah ini. Semoga saja si bapak itu bisa punya rezeki untuk beli HP agar anaknya bisa belajar," ucapnya.
Melansir dari Tribunnews.com, Bapak tiga anak tersebut mengaku khilaf dan gelap mata.
"Saya sadar perbuatan saya sangat salah. Cuma kemarin memang anak saya merengek minta HP. Soalnya anak saya sudah 10 hari ketinggalan pelajaran," ujar A di rumahnya di Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler.
A sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Penghasilannya per hari hanya Rp 50 ribu.
"Saya jujur gelap mata. Makanya saat lihat ada HP di rumah itu, langsung saya ambil," katanya yang dikutip dari TribunJabar.id. (*)