Sosok.ID - Tentara India yang tewas dalam pertempuran dengan pasukan China pada 15 Juni 2020 lalu dikabarkan tak membawa senjata.
Melansir dari South China Morning Post, hal itu disampaikan oleh keluarga prajurit yang tewas dalam insiden di Lembah Galwan.
Semua prajurit yang dikerahkan di wilayah Galwan adalah pasukan Resimen Bihar ke-16.
Tidak ada tembakan yang diluncurkan dalam pertempuran yang memakan korban jiwa terbesar sejak kedua negara tetangga itu berseteru pada 1967.
Reuters mengobrol dengan saudara 13 pria yang terbunuh dan dalam lima kasus terbongkar isi sertifikat kematian yang mengejutkan.
Yakni, cedera mengerikan yang diderita akibat bentrokan selama enam jam pada malam hari di atas ketinggian 4.267 meter di tengah-tengah pengunungan terpencil yang tandus.
Diketahui tiga orang tewas karena "pembuluh nadi pecah di bagian leher".
Selain itu, ada pula cedera kepala yang disebabkan oleh "benda tajam atau runcing", menurut keterangan yang tertulis di sertifikat kematian.
Ada bekas yang terlihat di leher dan dahi, yang semuanya tertulis dalam kelima sertifikat kematian.
Seorang prajurit dikabarkan digorok dengan paku logam di kegelapan, kata ayahnya.
Ia mengaku mendapat informasi itu dari seorang prajurit yang ada di lokasi kejadian.
Sementara yang lainnya meninggal dunia di sungai yang membeku, ujar keluarga yang mendapat informasi dari saksi.
"Mereka bertarung dengan apa pun yang bisa diraih, tongkat, kayu, bahkan dengan tangan kosong," kata seorang pejabat di Delhi saat menjelaskan suasana bentrokan.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa terjadi bentrokan antara tentara India dan China di Lembah Galwan, Himalaya Barat.
Prajurit China dan India bertarung menggunakan batu dan tongkat besi tanpa adanya tembakan.
India melaporkan 20 prajuritnya tewas dalam pertempuran itu, termasuk perwira tinggi Kolonel Bikumalla Santosh Babu.
Sementara China melaporkan sebanyak 43 prajuritnya, tapi tak menyebutkan berapa jumlah yang meninggal atau terluka dari angka tersebut.
Kini kedua belah pihak saling tuduh siapa yang telah melanggar batas wilayah dan memulai provokasi.
Adapun, pertempuran ini merupakan insiden berdarah pertama yang memakan korban sejak konflik di perbatasan China dan India pada 1967 silam.
Konflik kala itu disebabkan oleh sengketa perbatasan India-China yang mencakup hampir 2.175 mil yang mereka sebut sebagai Garis Kontrol Aktual.
India menuduh China menduduki lebih dari 15.000 mil persegi dari wilayahnya.
Perang sengit kemudian pecah dan meluas ke Ladakh hingga ketegangan terus membara sampai sekarang.
(*)