Kasihan Bocah-bocah Perempuan Ini, Selama Menahun Payudara Mereka Disetrika dengan Batu Panas oleh Ibu Sendiri Agar Rata, Korban: Saya Menderita Sejak Hari Pertama

Kamis, 02 Juli 2020 | 07:15
National Geographic

Para wanita di Kamerun menyeterika payudara mereka untuk menekan kejahatan seksual.

Sosok.ID -Masa kanak-kanak adalah bagian paling menyenangkan dalam hidup. Setidaknya begitulah klaim dari orang-orang dewasa.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi para gadis muda Kamerun.

Disana, para gadis mudaakan disetrika payudaranya menggunakan batu panas oleh sang ibu.

M (10), seorang pengungsi dari Kamerun yang saat ini tinggal di Nigeria, tepatnya di Ogoja, negara bagian Cross River,memulai siksaan yang pedih itu di usia masih bocah.

Baca Juga: Tiap Malam Gantian Berhubungan Intim dengan 5 Suaminya, Wanita Ini Pusing Bukan Main Saat Ditanya Siapa Bapak dari Anaknya

Setiap pagi, para tetangganya, membantu memegangi kaki M dengan kuat.

Sementara sang ibu mengambil palu panas yang membara langsung dari api, dan menekannya ke dada sang putri.

MenyadurAl Jazeera, tindakan itu dilakukan untuk meratakan payudara sang anak gadis.

Prosedur ini dilakukan secara berulang selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahundengan maksud menghentikan pertumbuhan payudara para gadis muda Kamerun itu.

Baca Juga: Waspada! Meski TikTok Sedang Ramai, Ternyata Aplikasi Sosial Media Itu Bisa Mengintip Password, Rekening Hingga Uang Kripto Pengguna

"Rasanya seperti mereka menempatkan api di payudaraku," kata M.

"Aku menderita sejak hari pertama," terangnya.

Kekerasan Berbasis Gender

Al Jazeera
Al Jazeera

Para wanita di Kamerun menyeterika payudara mereka untuk menekan kejahatan seksual.

Melihat tingginya tingkat pelecehan seksual di lingkungannya,Seorang ibu berinisalA bertekad pada upayanya untuk membuat sang anak menjadi kurang diinginkan bagi pria.

"Aku hanya tidak ingin dia menjadi target anak laki-laki di sekitarnya," kata Ibu A.

"Aku sadar banyak anak laki-laki di sini suka mengejar gadis kecil," tambahnya.

Praktik menyeterika payudara gadis muda ini diketahui sudah terjadi di Kamerun selama beberapa generasi.

Baca Juga: Gosip Istri Kim Jong Un Lakon Bintang Film Porno, Diktator Korut Ngamuk Disebut Pasangan Kotor dan Hina, Inilah Selebaran Foto Seksi yang Beredar!

Asal usul praktik ini tidak jelas, tetapi sekira seperempat wanita di Kamerun telah mengalami penyetrikaan payudara.

Berdasar data penelitian oleh Gender Empowerment and Development (GeED), merupakan organisasi non-pemerintah,yang berbasis di Yaounde, Kamerun, menemukan bahwa hampir 60 persen kasus, prosedur itu dilakukan oleh sang ibu.

PBB menyebut penyetrikaan payudara merupakan kekerasan berbasis gender yang termasuk dalam satu di antara kejahatan yang paling sedikit dilaporkan.

Diperkirakan tindakan tersebut mempengaruhi 3,8 juta wanita secara global.

Baca Juga: Marahnya Presiden Bukan Main-main, Fadli Zon Malah Sebut Nggak Guna Jokowi Frustasi, Singgung Tak Cakap Jadi Pemimpin

Tidak Ada Gadis yang Aman

National Geographic
National Geographic

Tak berbeda dengan kondisi pengungsi lain di Cross River State, gadis M, dan Ibu A mengungsi dari kota barat daya Kamerun ke Nigeria.

Diberitakan, wilayah tersebut telah dikuasai oleh mayoritas yang menggunakan bahasa Perancis.

Sebelumnya, di wilayah tersebut, pertempuran pecah antara pasukan pemerintah dan separatis yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu.

Baca Juga: Lebih Berani dari Negara ASEAN Lainnya, Indonesia Ambil Langkah Ganti Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara demi Lawan Kenekatan Tiongkok!

Konflik yang terjadi itu telah memaksa sekira 500 ribu orang meninggalkan rumah mereka dan menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Berdasar data terbaru dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Nigeria saat ini telah menampung lebih dari 50 ribu pengungsi dari Kamerun.

Data itu menunjukkan 70 persen di antara pengungsi tersebut, hampir setengahnya adalah pengungsi yang tinggal satu di antara empat pemukiman pengungsi, sisanya tinggal di komunitas milik tuan rumah.

Informasi menyebutkan bahwaIbu A dan sang putri tiba di Ogaja pada Februari 2018 lalu.

Baca Juga: Anies Baswedan Ingkar Janji, Getol Tolak Reklamasi Jaman Ahok Menjabat, Sekarang Izinkan 'Obark-abrik' Kawasan Ancol

Mereka bergabung dengan pengungsi lain yang berlindung di Adagom dan Okende.

Di Adagom dan Okende inilah terjadi banyak laporan pelecehan seksual oleh anggota masyarakat yang merupakan tuan rumah, atau pun dari pengungsi lain.

"Akhir-akhir ini, Anda tidak bisa keluar rumah tanpa bertemu dengan seorang pria yang menuntut seks, atau sekedar mengundang ke rumahnya.," tutur gadis berinisial Q kepada Al Jazeera.

Q yang masih berusia 17 tahun itu melarikan diri bersama orang tuanya dari kota Mamfe, perbatasan barat daya Kamerun untuk tinggal di Adegom.

Baca Juga: Setelah Disalahkan Banyak Pihak, Wali Kota Surabaya Buka Suara, 90 Persen Tambahan Kasus Positif Covid-19 Disumbang Oleh Orang Kaya, Risma: Rata-rata Menengah ke Atas

"Tidak ada gadis yang aman di sini," tuturnya.

Diketahui, lebih dari 12 gadis Kamerun yang tinggal di pemukiman Adagom dan Okende, secara rutindilecehkan secara seksual oleh laki-laki.

"Saya butuh uang untuk membeli pembalut wanita, saya pergi untuk meminta bantuan seorang pria, begitu saya menghampiri, laki-laki itu mulai menyentuh saya," kata gadis berinisial L (16).

"Aku lari ketika dia mencoba menyeret tubuhku ke arahnya," tambah gadis berinisial L.

Baca Juga: China Paksakan Klaimnya di Pasifik, Natuna Jadi Benteng Terdepan Indonesia Hadapi Serbuan Negeri Panda

Khawatir tentang keselamatan putri mereka yang masih berusia 13 tahun, pasangan berinisial H dan sang suami membuat keputusan untuk menyetrika payudara sang anak.

Keputusan itu diambil setelah anaknya melaporkan bahwa pria yang rumahnya ia bersihkan telah menyentuh bagian tubuhnya.

"Pelecehan yang dihadapinya membuat kami mantap memutuskan (untuk menyetrika payudaranya)," kata ibu H.

"Yang kami lakukan adalah untuk kebaikannya sendiri," tambahnya.

Baca Juga: Buang Jauh-jauh Gengsinya Sebagai Selebriti Papan Atas, Aktor Bollywood Ini Rela Banting Setir Jadi Tukang Sayur Demi Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Terkait prosedur dan praktik menyetrika payudara itu, seorang senior Spesialis Perlindungan di Caprecon Development and Peace Initiative, yang bekerja pada perlindungan anak di kamp-kamp pengunsian timur laut Nigeria buka suara.

Ia mengatakan, "Praktik ini berakhir dengan melukai anak-anak dan menempatkan mereka pada risiko komplikasi parah," katanya.

"Keluarga sebaiknya menyalurkan upaya mereka untuk mendidik anak perempuan mereka tentang masalah seks," tambahnya.

Baca Juga: Resmi! Pertamina Segera Hapus BBM Premium dan Pertalite, Begini Mekanismenya!

Ketakutan Tidak Berdasar

Ketakutan keluarga pengungsi terhadap anak perempuan mereka disebut tidak berdasar.

Pengungsi perempuan dan orang-orang terlantar di Nigeria berisiko tinggi mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi seksual.

PBB menyebut pihaknya sadar akan tingginya tingkat kebutuhan seks untuk bertahan hidup di wilayah tersebut.

Juru Bicara UNHCR William Spindler buka suara.

Baca Juga: Terbongkar Siapa yang Paling Heboh di Malam Pertama Pernikahan, Syahrini Ceritakan Kelakuan Reino Barack: Sampai Capek..

Ia mengatakan UNHCR prihatin bahwa lebih banyak insiden yang tidak dilaporkan atau hanya dirujuk sampai pada sesepuh masyarakat.

Untuk diketahui, di negara asal mereka, para gadis Kamerun berisiko hamil dan menikah dini.

Menurut UNICEF, dalam periode antara 2008 dan 2014, sejumlah 13 persen gadis-gadis Kamerun menikah pada saat mereka berusia 13 tahun.

Menurut Dewan Medis Kamerun, 25 persen kehamilan terjadi pada gadis yang masih berusia sekolah, dan 20 persen gadis hamil tidak kembali bersekolah.

Baca Juga: Bagai Mencincang Air, 8 Tahun Mati-matian Tempuh Jalur Hukum Sampai Habis Rp 700 Juta Hanya untuk Usir sang Putri dari Rumahnya, Usaha Pria Ini Justru Berakhir Sia-sia

Ketakutan menghantui banyak keluarga pengungsi dari Kamerun dan menambah level bahaya bagi putri mereka.

Terkait hal itu, menyetrika payudara merupakan satu harapan bagi sebagian orang lainnya.

Para aktivis telah memperingatkan tentang konsekuensi kesehatan fisik dan psikologis para korban.

"Gadis-gadis menjalani prosedur berisiko, masalah seperti kanker payudara, kista, dan ketidakmampuan untuk menyusui," kata Salome Gambo.

Baca Juga: Tanggapi Operasi Tempur Amerika di Pasifik, PLA Navy China Laksanakan Latihan Militer di Laut Sengketa

"Belum lagi luka fisik dan psikologis yang terkait dengan kebiasaan itu," tambahnya.

"Sudah saatnya keluarga mengakhiri pelecehan semacam itu," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul: Mengerikan, Demi Menekan Angka Kejahatan Seksual, Payudara Para Wanita di Negara Ini Wajib Disetrika: Aku Menderita

(Ervananto Ekadill)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Suar.id

Baca Lainnya