Sosok.ID - Disaat dunia sedang fokus pada penanganan wabah Covid-19, perusahan ini justru memberikan pengumuman mengejutkan.
Para ahli di laboratorium Queen Mary BioEnterprises Innovation Center, di Whitechapel, London, menyatakan bakal membayar mahal orang-orang yang mau diinfeksi dengan virus corona.
Melansir Metro, para ilmuwan di Queen Mary membutuhkan sebanyak 24 orang sehat yang bersedia diinfeksi virus corona.
Laboratorium tersebut dikelola oleh perusahaan Hvivo, yang sedang mendalami penelitian terkait virus corona.
Bukan cuma-cuma, mereka yang telah diinfeksi akan dibayar sebanyak 3.500 pound sterling atau setara dengan Rp 65 juta.
Mereka akan menginfeksi orang-orang sehat itu dengan strain virus 0C43 dan 229E.
Dilaporkan Daily Star, dikutip Sosok.ID via Metro, Rabu (11/3), kedua jenis virus tersebut merupakan jenis virus corona yang umum.
Virus tersebut dapat menyebabkan gejala pernapasan yang lebih ringan dibanding Sars-Cov-2 yang menyebabkan Infeksi Covid-19.
Sars-Cov-2 atau koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 merupakan satu keluarga dengan virus corona yang menginfeksi wabah SARS di tahun 2002-2003, dan wabah MERS di tahun 2012.
Bukan tanpa alasan, ilmuwan percaya bahwa percobaan ini dapat membantu menurunkan laju penyebaran Covid-19.
Pasalnya, virus ini telah menginfeksi lebih dari 4.000 orang di seluruh dunia.
Selama masa penelitian, peserta yang sengaja diinfeksi akan diisolasi selama dua minggu.
Mereka akan makan diet terbatas dan sementara waktu tak dapat berolahraga atau melakukan kontak fisik dengan orang lain.
Selama studi, peserta akan menjalani serangkaian pemeriksaan rutin. Termasuk uji usap nasofaring, dan tes darah.
Sementara staf medis yang menangani akan menggunakan pakaian pelindung untuk mengumpulkan setiap jaringan kotor yang terinfeksi.
Nantinya, obat-obatan dan vaksin yang paling efektif, akan digunakan pada pasien virus corona sebenarnya.
Sebelum melakukan pengujian, Hvivo harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan Inggris.
Sejauh ini, sekitar 35 kandidat pembuat vaksin Covid-19 telah terdaftar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Meskipun begitu, Hvivo tak masuk dalam daftar tersebut.
Cathal Friel, ketua eksekutif perusahaan induk Hvivo, Open Orphan mengatakan, perusahaan berada di 'garis depan perjuangan melawan wabah'.
Pembuat vaksin lain di seluruh dunia juga memulai studi mereka dengan melibatkan peserta ke dalam coronavirus.
Begitupun para ilmuwan di Seattle, yang meminta relawan sehat untuk berpartisipasi dalam percobaan 14 bulan.
Melansir Kompas.com, vaksin Covid-19 sendiri sedang dikembangkan oleh laboratorium pemerintah Amerika Serikat (AS).
Hal ini disampaikan oleh Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, pada Senin (2/3/2020).
"Laboratorium militer sedang bekerja keras, tidak hanya untuk membuat vaksin tapi juga hal-hal lainnya," katanya dalam pertemuan di Pentagon.
"Jadi kita akan lihat bagaimana perkembangannya dalam beberapa bulan ke depan," lanjutnya, dikutip dari Reuters via Kompas.com.
Para pejabat tinggi di Kementrian Kesehatan AS mengatakan, vaksin akan siap dalam 18 bulan lagi.
Sementara hingga saat ini, belum ada obat untuk pasien Covid-19, tetapi pasien dapat menerima perawatan.
Adapun berdasarkan pantauan Sosok.ID melalui data real time "Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (JHU)", hingga Rabu (11/3/2020), wabah Covid-19 telah menginfeksi sebanyak 119.132 orang.
Pandemi ini telah mengakibatkan sebanyak 4.284 kematian.
Sementara 65.776 orang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Indonesia sendiri hingga saat ini telah mengonfirmasi sebanyak 27 kasus, dan melaporkan 1 kasus kematian pada Rabu (11/3). (*)