Sosok.id - Wabah virus corona menyebar dengan cepat dari sebuah kota bernama Wuhan di China hingga ke beberapa negara.
Bahkan, untuk mencegah penyebaran virus yang hingga kini masih belum ditemukan vaksinnya itu, pemerintah China menutup kota Wuhan.
Mendengar kabar tersebut, tentunya membuat penduduk bumi khawatir dan resah.
Namun, di tengah keresahan itu, ada saja oknum yang sempat membuat teori konspirasi dan diunggah ke media sosial.
Beberapa unggahan menyebut bahwa virus corona telah dipatenkan bersamaan dengan vaksinnya.
Melansir dari Asia One, unggahan tersebut mengklaim adanya paten untuk virus corona pada 2015 dan diberikan pada 2018.
Beberapa bahkan turut menanggapi unggahan itu dan ikut mengatakan bahwa virus tersebut dibuat di laboratorium begitu pula dengan vaksinnya.
Menurut sebuah laporan di FactCheck.org, klaim tersebut tidak benar karena paten yang diunggah tersebut berkaitan dengan berbagai virus.
Sekadar informasi, FactCheck.org sendiri adalah salah satu dari beberapa organisasi yang bekerja dengan Facebook untuk mengklarifikasi kebenaran dari informasi yang diunggah di media sosial.
Laporan tersebut menyoroti bahwa semua unggahan yang menampilkan paten tersebut berhubungan dengan dua virus berbeda dalam keluarga virus corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), di laman resminya menjelaskan bahwa, virus corona adalah sekelompok virus yang cenderung menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia dan berbagai penyakit lain pada hewan.
Nama virus diambil dari mahkota, atau penampilan virus yang bersifat menginfeksi ini yang terlihat seperti korona saat dilihat di bawah mikroskop.
Salah satu paten adalah untuk urutan genetik virus yang menyebabkan SARS, atau sindrom pernapasan akut yang parah, penyakit yang menyebar ke puluhan negara pada 2003.
Matthew Frieman, seorang peneliti virus corona di University of Maryland, mengatakan bahwa "pengurutan dilakukan di CDC selama wabah SARS dan mereka lah yang mengajukan paten."
Paten lain yang diduga terkait adalah untuk sebuah bentuk mutasi virus bronkitis unggas (IBV).
Virus itu hanya menginfeksi unggas, dan tidak bisa menginfeksi manusia.
Paten diajukan oleh Pirbright Institute, sebuah lembaga penelitian di Inggris yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan "penyakit virus pada ternak".
"Tidak satu pun dari ini ada hubungannya dengan virus 2019-nCoV yang baru," kata Frieman.
"Ini jelas teori palsu bahwa virus ini dibuat di laboratorium, dipatenkan dan sudah dibuat vaksinnya."
Pada saat gelar pers, paten yang terkait dengan virus yang baru atau vaksin saat ini belum tersedia untuk virus corona yang baru.
Sebab, para peneliti masih bekerja untuk memahami asal, penyebaran dan tingkat keparahan virus Wuhan.
Jadi, kabar bahwa virus corona yang tengah menjadi wabah di berbagai belahan bumi ini bukan berasal dari laboratorium.
Berdasarkan informasi yang beredar, untuk sementara para ahli meyakini virus corona berasal dari hewan liar seperti kelelawar dan ular.
Seperti yang telah diberitakan, di China sendiri, memakan hewan liar seperti kelelawar dan ular bukanlah hal yang asing.
Bahkan setelah virus ini menyebar, video orang-orang memakan hewan seperti kelelawar hingga tikus hidup berseliweran di media sosial.
Warganet meyakini bahwa video itu berasal dari China, yakni tempat pertama munculnya virus corona.(*)