Bukan Gara-gara Kecanduan Game, Wawan Rupanya Mengidap Gangguan Jiwa yang Disebabkan Trauma Masa Kecil

Sabtu, 20 Juli 2019 | 08:07
Kompas.com

Sosok.id - Sempat heboh oleh video viral seseorang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berkepala plontos yang menggerak-gerakkan jari seolah sedang memainkan handphone di tangannya, menunduk seakan menghadapi layar handphone.

Kabarnya, pria tersebut mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan main game online.

Namun, faktanya tidak seperti itu.

IS (32) mengidap skizofrenia akibat rentetan trauma.

Sering dipanggil Iwan atau Wawan saat ini dirawat oleh lembaga nirlaba rehabilitasi ODGJ di Mustika Jaya, Bekasi, bernama Yayasan Jamrud Biru.

Karena tingkah lakunya yang menyerupai orang bermain game online, ia akhirnya dijuluki Wawan "Game".

Baca Juga: Ungkap Alasan Terganjalnya Kepulangan Rizieq Shihab, Wiranto : Masih Menghadapi Problem Pribadi

Bahkan, dalam daftar pasien lantai dasar di Yayasan Jamrud Biru, namanya ditulis sebagai "Iwan Game" di urutan ke-25. Baca juga: Mengenal Wawan Game, Pasien Gangguan Jiwa yang seperti Sedang Bermain Game Online Saat ditemui Kompas.com di Yayasan Jamrud Biru pada Kamis (18/7/2019) pagi, Wawan tak pernah beranjak dari kursinya.

Selama berjam-jam, ia tetap diam, kecuali jari-jari tangannya yang senantiasa bergerak-gerak layaknya pemuda yang sedang gandrung game online.

"Dia pasif, kalau tidak kami pindahkan, atau lakukan kegiatan, dia enggak akan berpindah.

Untuk pembinaan, pasien lain untuk futsal atau senam akan ikut.

Kalau Wawan enggak. Enggak kami gerakkan, dia enggak akan gerak," kata Suhartono, pemilik Yayasan Jamrud Biru ketika ditemui, Kamis.

Baca Juga: Kamp 'Penghancuran Perut Buncit' Polda Jatim, Tempat Penurunan Berat Badan Bagi Personil yang Obesitas

Saat iberbincang dengan Suhartono, Wawan setia pada posisinya.

Masker selalu melekat di wajahnya untuk membendung air liur yang kerap merembes dari bibirnya.

Beberapa kali ia diajak bicara wartawan. Namun, dia tak merespons.

"Efek obat dulu. Dulu dia ngamukan, dihajar obat malah jadi seperti robot enggak punya emosi. Dia enggak akan pernah bilang 'aduh!'. Diajak ngomong juga dia enggak ngejawab," kata Suhartono. Dipasung belasan tahun

Fakta mengejutkan datang dari seseorang yang pernah merawat Wawan.

Dia disebut pernah mengalami masa lalu yang pilu.

Baca Juga: Viral Ajakan Serbu Nyi Roro Kidul Pakai Baju Hijau di Pantai Parangtritis, Memang Berbahaya, Ini Sebabnya!

Riwayat inilah yang akhirnya menjelaskan bahwa Iwan sebenarnya bukan kecanduan game online. "Sebenarnya Iwan (panggilan LSM untuk Wawan) bukan sakit karena game online. Saya dampingi Iwan dari 2016," ujar Sri Pujiawati, perawat Wawan dari LSM Gerak Cepat Bersama yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/7/2019) petang.

"Kalau Iwan tangannya begitu karena rasa cemas yang tinggi, permasalahan yang enggak pernah dikeluarkan. Jari tangannya enggak mau diam bukan berarti karena enggak bisa main handphone," kata Ketua LSM Gerak Cepat Bersama Farian dalam sambungan telepon yang sama.

Selama wawancara via telepon, Kompas.com berulang kali memastikan kepada Sri dan Farian bahwa Wawan alias Iwan mengidap skizofrenia bukan akibat kecanduan game online.

Keduanya selalu membantah.

Baca Juga: Kisah Pilu Seorang Pria yang Ditinggal Meninggal Istri Tercinta, Baru 3 Bulan Resmi Menikah Setelah 8 Tahun Menjalin Cinta

"Iya (tangannya sudah begitu sejak dulu). Saya kan selalu konsultasikan sama psikiater dan dampingi ke RS, kenapa tangannya tak bisa lepas. Dilihat dari psikologi, kejiwaan, rupanya Iwan menghadapi kecemasan yang berlebihan. Ada rasa takut, kecemasan, menarik diri, termasuk ketika ada orang asing dia enggak mau interaksi," kata Sri.

Wawan lahir pada 1987, kata Suhartono. Lalu, seingat Sri, titik balik kesehatan mental Wawan terjadi tak jauh saat ia lulus SMA.

Dengan asumsi bahwa seseorang kecil kemungkinan lulus dari SMA di atas usia 23 tahun, itu berarti Wawan sudah mengalami gangguan jiwa sebelum tahun 2010.

Game online yang dapat dimainkan lewat smartphone masih amat jarang ditemui, apalagi di tempat tinggal Wawan yang, menurut Sri, berada di sebuah desa di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Baca Juga: Terpujilah Pak! Momen Sosok Anggota Polisi Gendong Calon Haji Tertua yang Berdesakan Masuk Bus

"Dulu, dia pernah kerja di Bandung. Enggak tahu ada masalah apa di tempat itu. Ketika ada masalah itu, tiba-tiba orangtuanya secara berturut-turut meninggal. Itu yang bikin begitu. Orangtuanya meninggal ketika dia keluar SMA. Dari SMA sampai 2018 akhir itu Iwan terus-terusan dipasung," Sri melanjutkan ceritanya.

Tak tahan dengan Wawan yang cenderung suka mengamuk dan agresif akibat gangguan jiwa, keluarga pun kehabisan akal sehingga memasung Wawan selama bertahun-tahun.

Di sisi lain, rasa cemas berlebih yang dialami Wawan tentu ada penyebabnya, dan penyebab itu sama sekali bukan game online yang baru merebak belakangan ini.

LSM Gerak Cepat Bersama sempat merawatnya beberapa tahun.

"Tahun 2016, saya dapat laporan bahwa di Tasikmalaya ada Iwan, belasan tahun dipasung sejak keluar SMA. Sama saya dibebaskan dan bawa ke RS Jiwa Cisarua, Lembang. Beberapa kali dirawat. Pulang rawat inap ke rumah karena Iwan sudah enggak punya orangtua, ditambah karena dia suka ngamuk, agresif, akhirnya sama saudaranya dipasung lagi," Sri bercerita.

Baca Juga: Budi Gunawan, Sosok di Balik Pertemuan Jokowi dan Prabowo, Berikut Sepak Terjangnya Sebagai Kepala Badan Intelejen Negara

Sri dan kolega kemudian menemukan bahwa Wawan kurang diperhatikan pihak keluarga.

Selain kekurangan kasih sayang, tidak ada yang mengantarnya ke rumah sakit atau puskesmas untuk pemeriksaan rutin.

"Dari situ, Iwan lepas obat lagi. Saya bawa ke rumah sakit di Bandung, masih begitu-begitu saja enggak ada perkembangan. Dirawatlah di RS Marzuki Mahdi, Bogor, karena saya kasihan. Kalau dibalikin ke Tasik lagi, nanti dipasung lagi," kata Sri.

Lantaran tak menunjukkan tanda-tanda membaik, akhirnya melalui perantaraan dan rekomendasi Dinas Sosial Pemprov Jawa Barat, Wawan dititipkan ke Yayasan Jamrud Biru pada 2019.

Kala itu, kondisi fisik dan mental Wawan memprihatinkan. Dipasung bertahun-tahun, Wawan diduga mengidap malanutrisi.

Baca Juga: 50 Tahun Misi Apollo 11, Ada Sumbangsih Mahasiswa Indonesia yang Sukseskan Pendaratan Manusia di Bulan

"IS diantar dari LSM Gerak Cepat Bersama ke Yayasan Jamrud Biru dengan kondisi fisik memprihatinkan dan keadaan mentalnya lumayan parah. Dia enggak ngeh sekeliling, saraf motoriknya kayaknya sudah rusak," kata Suhartono.

“Kalau enggak salah sekitar April 2019 datang. Yang jelas diantar ke sini dalam kondisi sudah sakit begini, kurus, pucat. Saat datang berat badannya 23 kilogram," katanya.

Namun, semakin hari di Yayasan Jamrud Biru, Wawan menunjukkan tanda-tanda positif. Suhartono menyebut, berat badan Wawan sudah bertambah hingga 34 kilogram.

Petugas yayasan juga rutin memberinya terapi.

"Ada beberapa yang kami lakukan. Ada terapi saraf, totok, dan terapi ramuan air kelapa, pembinaan agama. Walaupun dia tidak merespons, pelan-pelan kami didik agar dia mengerti," kata Suhartono. Pria 43 tahun itu kemudian mempraktikkan salah satu bentuk terapi yang ia terapkan pada IS .

Baca Juga: Nia Istri Pertama Pablo Benua Ungkap Nama Asli dan Arti Nama Mantan Suaminya Itu

Ia menarik tangan IS hingga tubuh kurusnya berdiri. Kedua tangannya dipisahkan sambil dipijit.

"Kami tarik tangannya pelan-pelan. Kami coba pijit, kegiatan lain kami ajak muter keliling panti. Kalau pagi, jari tangannya saya kasih beban 2-3 kilogram untuk dia pegang walaupun ditaruh lagi benda itu. Kami gerakkan seperti senam," katanya. Kini Wawan masih menanti hari-hari cerah kembali datang menyapanya. Indikasi ke arah sana semakin terang benderang.

(Vitorio Mantalean)Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul: Siapa Sangka IS Pernah Dipasung Belasan Tahun Sebelum Dikenal sebagai Wawan Game

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya