Sosok.id - Dipercaya melatih sebuah tim negara lain ke Olimpiade jelas prestasi besar. Indra Bagus Ade Chandra mampu melakukannya. Ia bisa membawa timnas bulu tangkis Belgia ke Olimpiade Tokyo 2020.
Perjalanan karier Indra sangat inspiratif. Sedari kecil, dia sudah tahu bulu tangkis akan jadi jalan hidupnya. Maka dia tidak pernah lelah menekuninya.
Namun, dalam mengejar impiannya, Indra jatuh berkali-kali. Meski begitu, dia selalu mampu bangkit sehingga sukses seperti sekarang. Berikut ini kisah perjuangan Indra berkarier di bulu tangkis.
Meroket Ke Level Nasional
Perkenalan Indra dengan bulu tangkis mulanya tidak sengaja. Waktu berusia 8 tahun, Indra diajak ayahnya ke sebuah kompetisi olahraga. Saat itu, ayah Indra sebenarnya harus main tenis meja. Tapi, timnya justru kekurangan pemain bulu tangkis, sehingga ayahnya yang bermain.
Melihat itu, tidak disangka Indra jadi suka bulu tangkis. Dia pun mulai main dan ingin menyeriusinya. Maka, oleh sang ayah, pria kelahiran Jakarta ini akhirnya diikutkan les bulu tangkis. Setelah les, Indra makin serius. Akhirnya ia pun bergabung ke klub. Pertama kali Indra masuk ke PB Jaya Raya sebelum bermain di PB Tangkas, dua klub yang dikenal sebagai penghasil pebulutangkis kelas dunia di Indonesia.
Sesudahnya, karier Indra terus melejit. Performa dan prestasinya menanjak. Akibatnya Indra dilirik Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Ia dipanggil ke Pelatnas yang menunjukkan kemampuannya sebagai pebulutangkis potensial diakui.
Ganti Haluan Ke Luar Negeri
Waktu itu, jalan Indra di bulu tangkis terlihat lapang. Tapi, hidup tidak selalu sesuai dengan rencana. Pada 2009, ia tidak lagi dipanggil ke Pelatnas. Terang saja, Indra bingung. Mau bagaimana setelah ini? Harus diakui, Pelatnas biasanya jadi jalur karier pebulutangkis di Indonesia.
“Jujur, waktu itu pasti ada frustrasi. Saya sudah buang waktu banyak buat mengejar impian di bulu tangkis, tapi kok nggak tercapai. Jelas bingung, apalagi masih muda. Akhirnya sempat berpikir buat banting setir, mau kuliah saja,” jelas Indra, Senin (13/2).
Saat itu Indra sudah memilih kuliah di Spanyol. Untuk mengisi waktu sebelum berangkat, ia berlatih bersama pebulutangkis Taufik Hidayat. Tapi, belum lama berjalan, Taufik memberinya info ada kesempatan jadi asisten pelatih dan sparring partner di Jepang. Sontak Indra menyanggupi.
Sekilas Indra kembali ke jalurnya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Petualangannya di Jepang tidak bertahan lama. Hanya 1,5 bulan di sana, dia memilih balik lagi ke Indonesia. Mimpi berkarier di bulu tangkis pun kandas lagi.
Namun, Indra mau hidup di bulu tangkis. Tetap saja ia mencari peluang agar bisa main di Spanyol. Nah, siapa yang berusaha pasti menemukan jalan. Tiba-tiba ada tawaran buat jadi asisten pelatih sekaligus sparring partner di timnas Spanyol untuk persiapan Olimpiade 2012. Jelas saja Indra mau, asalkan dilakukan sore hari setelah kuliahnya selesai. Beruntung persyaratannya diterima dan pada tahun 2010 Indra pindah ke Negeri Matador.
Mimpi Lama Muncul Kembali
Berada di Spanyol jadi lembaran baru buat Indra. Peluang buat mengejar impian jadi pebulutangkis kembali terbuka. Di sana Indra diberi kesempatan buat menjadi pemain. Kebetulan peraturan kompetisi bulu tangkis di Eropa memungkinkan Indra bermain dengan membawa bendera Spanyol.
Impian lama Indra pun bersemi lagi. Sejak dulu ia ingin ke Olimpiade. Meski tidak bersama Indonesia, Indra tetap mau merasakan atmosfernya.
Sayang, krisis finansial yang melanda Eropa membuat impiannya lagi-lagi kandas. Indra harus menghentikan kerja sama dengan timnas Spanyol.
Beruntung, Indra punya reputasi yang bagus. Ia langsung mendapat tawaran kerja dari timnas bulu tangkis Italia. Setelah Olimpiade 2012 selesai, Indra pindah ke Italia untuk membantu persiapan ke Olimpiade 2016.
Semuanya berjalan baik di sana. Indra melatih dan tetap bisa bermain. Ia juga menorehkan prestasi untuk Italia, sehingga berpeluang berangkat ke Olimpiade. Tapi, di tengah jalan, kesempatan hilang karena keterbatasan kuota kontingen Italia. Ini membuat Indra memilih pergi.
Indra segera mencari peluang ke negara lain seperti Hungaria dan Austria. Tapi kesempatan karier baru justru hadir dari timnas bulu tangkis Belgia. Indra diminta menjadi pelatih. Ini jalur karier baru bagi Indra yang sebelumnya terjun sebagai pemain dan asisten pelatih.
Impian Jadi Nyata
Melatih Belgia membuat Indra mampu meraih impiannya. Indra merasakan atmosfer Olimpiade yang diidamkannya sebagai pelatih Belgia di Olimpiade Tokyo 2020. Terbayang betapa senangnya dia bisa membuat impian jadi nyata. Terbayar pula pengorbanannya.
Penting diketahui, sebelum resmi melatih Belgia, status Indra sempat menggantung sekitar 10 bulan karena menunggu izin kerja. Selama itu, ia bahkan mendapat tawaran menggiurkan buat melatih klub di Amerika Serikat. Tapi, Indra ingat dalam mengejar impian perlu fokus. Maka ia rela menolak tawaran lain.
“Coba kalau tidak mau menunggu terus ke AS. Pasti impian ke Olimpiade makin susah jadi nyata,” kata Indra.
Kisah Indra dalam mengejar mimpi bisa jadi pelajaran. Impian bisa jadi nyata asal berani capek dan fokus buat mewujudkan. Selain itu, kamu harus siap bangkit kalau jatuh seperti Indra yang berjuang berkali-kali agar bisa balik ke trek yang dia mau.
“Rumput tetangga memang kadang lebih hijau. Tapi, lebih baik, bikin rumput di rumah sendiri jadi lebih hijau,” tutur Indra. (Penulis: Asis Budhi Pramono)