Sosok.ID - Kisah-kisah para Nabi merupakan suri tauladan bagi kehidupan manusia. Seperti kisah Nabi Muhammad SAW kala mendengar kejujuran seorang pendosa.
Manusia diketahui tak bisa lepas dari dosa. Entah dosa besar maupun dosa kecil.
Namun, ada manusia yang menyadari dosanya dan memohon ampunan kepada Allah SWT, ada pula manusia yang mengabaikan dosanya dan terus menjadi pendosa.
Sesungguhnya, Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, dan Maha Pemaaf.
Bahkan jika dosa manusia sangat besar, jikalau ia bersungguh-sungguh bertaubat, Allah akan mengampuninya.
Adapun suatu ketika, Nabi Muhammad SAW pernah tersenyum kala mendengar pengakuan jujur seorang pendosa.
Dilansir dari NU Online, sebuah riwayat yang dituliskan oleh Syekh Ibrahim al-Bajuri, yaitu Syekh Muhammad bin Abdullah al-Jardani (wafat 1307 H) dari Mesir, memaparkan kisah tersebut.
Dikisahkan suatu ketika Nabi Muhammad SAW didatangi seorang sahabat yang mengadukan dosa besar yang telah dilakukannya.
"Wahai Rasulullah, sungguh aku telah melakukan dosa yang sangat besar, lalu apa yang dapat meleburnya dariku?," tanya sahabat tersebut.
Rasulullah SAW lantas bertanya sebesar apa dosa yang telah dilakukan sosok sahabat tersebut.
“Apakah dosamu lebih besar daripada langit?” tanya Rasulullah SAW.
"Lebih besar dosaku”, jawab sahabat tersebut.
Nabi Muhammad terus bertanya mengenai dosa sahabat itu, namun sahabat itu pula terus menyebut dosanya lebih besar.
“Apakah lebih besar daripada Kursi … Apakah lebih besar daripada Arsy …”
“Lebih besar dosaku”, katanya.
Lantas Nabi Muhammad SAW bertanya, apakah dosa tersebut lebih besar dari ampunan Allah atau tidak.
Sahabat itu menjawab, “Ya lebih besar ampunan Allah."
Nabi Muhammad SAW lantas menyarankan agar sahabat tersebut melakukan “Jihadlah fi sabilillah" untuk melebur dosanya.
Namun sahabat tersebut menolaknya.
“Wahai Rasulullah, sungguh aku termasuk orang yang paling penakut, andaikan tidak ada keluarga yang menemaniku keluar rumah di malam hari, niscaya aku tidak akan keluar sama sekali," katanya.
Lantas Nabi Muhammad SAW menyarankannya untuk berpuasa.
Namun sahabat tersebut kembali menolak, menyebut dirinya sama sekali tak sanggup berpuasa.
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku sama sekali tidak bisa kenyang dengan makan roti (sama sekali tidak mampu berpuasa),” katanya.
Rasulullah kemudian menyarankan untuk salat malam, namun kembali ditolak oleh sahabat tersebut.
Dia menyebut, bahkan jika oleh keluarganya tak dibangunkan untuk salat subuh, ia pun tak akan melaksanakan ibadah salat subuh.
“Wahai Rasulullah, andaikan keluargaku tidak membangunkanku untuk shalat subuh, aku pun tidak bisa bangun untuk melakukannya (untuk shalat subuh saja sangat berat, apalagi shalat malam),” katanya.
Mengejutkannya, kejujuran sahabat itu membuat senyum Nabi Muhammad SAW merekah hingga terlihat giginya.
Nabi Muhammad SAW kembali memberikan alternatif pelebur dosa.
“Kalau begitu, bacalah selalu dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan amal dan sangat disukai Allah Sang Maha Pengasih, yaitu: ‘Subhânallâhi wa bi hamdihi, subhanallâhil ‘adhîm’.” (*)