Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sosok Mikhail Gorbachev, Pemimpin Soviet yang Wariskan Banyak Hal untuk Negeri Besar Itu, Justru Nasibnya Tragis di Tangan Vladimir Putin

May N - Kamis, 01 September 2022 | 17:39
Moskow, Uni Soviet. 14 Maret 1991. Presiden Uni Soviet, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Mikhail Gorbachev memberikan pidato tentang referendum Uni Soviet 1991 tentang masa depan Uni Soviet untuk Central Television.
TASS

Moskow, Uni Soviet. 14 Maret 1991. Presiden Uni Soviet, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Mikhail Gorbachev memberikan pidato tentang referendum Uni Soviet 1991 tentang masa depan Uni Soviet untuk Central Television.

Sosok.ID -Hanya sedikit pemimpin dunia yang lebih kontroversial tapi berakhir lebih tragis daripada Mikhail Sergeyevich Gorbachev, yang meninggal di usia 91.

Kematiannya pun sudah diumumkan oleh media pemerintah Rusia.

Di satu sisi, pantas bahwa sebagai pemimpin terakhir Uni Soviet, Gorbachev mungkin satu-satunya yang benar-benar manusiawi.

Dan sama menyedihkannya bahwa Gorbachev telah meninggal pada saat represi politik di negara asalnya, Rusia, sekali lagi mencekik, dan momok konflik di Eropa yang telah lama membayangi kawasan itu selama Perang Dingin telah menjadi kenyataan.

Ini adalah hasil yang berusaha dihindari Gorbachev, seperti dilansir dari Asia Times.

Dia adalah seorang pria yang menjadi terkait dengan keterbukaan masyarakat Soviet, mendorong harapan dan perdebatan daripada mencekiknya.

Dia berusaha untuk merevitalisasi Uni Soviet, meramalkan abad yang akan datang perdamaian di mana Uni Soviet bergabung dengan "Rumah Eropa Bersama."

Prestasi Gorbachev sangat banyak.

Termasuk negosiasi perjanjian pengurangan senjata dengan Amerika Serikat selama sejumlah pertemuan puncak dengan Presiden AS Ronald Reagan.

Sarannya kepada Reagan di Reykjavik bahwa AS dan Uni Soviet harus melenyapkan senjata nuklir membutakan pendirian kebijakan luar negeri AS yang awalnya melihat Gorbachev tidak lebih dari versi gerontokrat yang lebih muda darinya.

Setelah awalnya bimbang, dia mengakui bencana Chernobyl 1986, menerima bahwa hal itu akan melemahkannya baik di dalam maupun di luar negeri.

Pada tahun 1988 ia secara sepihak menarik pasukan Pakta Warsawa di Eropa tanpa menunggu kesepakatan timbal balik dengan negara-negara NATO.

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x