Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tak Puas dengan Hasil Autopsi Ulang Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak Ragukan Jari sang Klien Patah Akibat Pantulan Peluru: Harus Dijelaskan

Dwi Nur Mashitoh - Rabu, 24 Agustus 2022 | 13:48
Kuasa hukum Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak
TRIBUNJAMBI.COM/DANANG NOPRIANTO

Kuasa hukum Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak

Dia juga harus menjelaskan kenapa ada lubang peluru di engsel kaki kiri kemudian di sebelah kanan.

Kemudian kenapa ada luka di bahu, kenapa ada luka di bawah mata dan di atas mata kanan, kemudian kenapa jari-jarinya patah-patah?” sambungnya.

Ia pun menyangsikan luka patah yang ditemukan di jari Brigadir J disebabkan oleh pantulan peluru.

“Makanya saya meminta kepada penyidik supaya dilakukan rekonstruksi, betul nggak jari-jarinya itu patah-patah akibat serpihan peluru, betul gak lengan kiri itu patah gara-gara peluru.

Sejak kapan peluru bisa mematahkan? Ada darah di lipatan kaki di belakang dengkul, kan harus bisa dijelaskan,” terangnya.

Ia menyoroti pernyataan dokter yang belum bisa menyimpulkan datangnya arah peluru tapi bisa mengetahui soal pantulannya atau rekoset.

"Harus diuji dari mana arah pelurunya itu, kenapa bisa mengenai jari manis atau jari kelingking, sedangkan yang saya dengar tadi sekilas bahwa dokternya itu tidak tahu arah peluru dari mana, kok bisa menyimpulkan itu rekoset?” kata dia.

“Kemudian kenapa di lipatan kaki kiri, dia (Brigadir J) pakai celana panjang atau diduga pakai celana panjang kok ada rembesan darah. Itu rembesan darah akibat rekoset dari mana?” sambungnya.

"Waktu yang menguji makanya saya katakan sudah banyak saksi palsu yang memberikan keterangan palsu tidak lama lagi dia langsung meninggal dunia, maka saya katakan kalau mereka kerja profesional pasti selamat, tapi kalau mereka ada menerima sesuatu atau pendapat-pendapat seperti itu maka dia berhadapan dengan Eloi (Tuhan)," lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menyinggung soal keberadaan organ-organ tubuh Brigadir J yang tak lengkap hingga berpindah posisi.

"Termasuk tadi dokter juga tidak menjelaskan pankreasnya kemana, empedunya kemana, kemana kantung kemihnya itu tidak dijelaskan, sedangkan menurut dokter yang mengamati mewakili keluarga itu pankreas, empedu, kantung kemih kan tidak ditemukan.

Kemudian dokter forensik juga saya dengar tidak menjelaskan kenapa otak bisa ada ditemukan di dada bukan di kepala?" beber Kamaruddin Simanjuntak.

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x