Akhirnya, Cao menjual rumahnya yang lagi-lagi disetujui oleh Tran.
Tak memiliki rumah, Cao akhirnya mengirim sang istri dan anak-anaknya tinggal di rumah neneknya.
Kala itu, Cao sempat meminta istrinya untuk mencari laki-laki lain karena merasa tak layak untuk menjadi kepala keluarga.
"Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi selain tubuh ini. Pikirkan lagi jika mungkin kamu bisa mencari suami lagi." kata Cao.
Namun, Tran menolak dan ia memilih untuk setia kepada sang suami.
"Begitulah istri saya, tidak peduli betapa sedihnya saya, dia masih percaya pada sepenuhnya. Dia selalu sederhana dan lembut. Dia tidak pernah bertengkar dengan saya selama 50 tahun menikah." kata Duc Vuong.
Sampai akhirnya, usaha Cao berbuah manis.
Bisnisnya berkembang pesat dan ia menjadi seorang konglomerat.
Namun, di masa kejayaannya itu, Cao justru tergoda oleh pelakor yang berusia 25 tahun.
Sudah cinta, Cao bahkan berniat untuk menceraikan sang istri untuk menikahi wanita muda itu.
Cao lantas melayangkan surat cerai pada istrinya.