Karena buta huruf, Tran lantas meminta Cao untuk membacakan surat itu.
Alih-alih membaca surat tersebut, Cao memilih untuk meninggalkan istrinya tanpa penjelasan apa-apa.
Sampai suatu hari, Cao pulang ke desa dan melihat sang istri sedang duduk di jendela.
Dengan lembut, Tran menyapa Cao yang berniat untuk menceraikannya seolah tak ada apa-apa.
Baca Juga: Heboh Video Istri Sah Tikam Pelakor di Tempat Umum Saat Siang Bolong, Ini Kata Saksi Mata dan Polisi
Ia bahkan ikhlas menyuruh sang suami untuk menikahi sang pelakor.
Bukannya marah akan dicerai, Phung masih saja memikirkan kehidupan sang suami dan anak-anaknya di masa depan.
"Aku tahu aku tidak pantas untukmu. Cepat atau lambat kamu akan meninggalkan aku. Kamu pergi saja dengan gadis itu. Aku hanya meminta kamu menyiapkan rumah untuk kamu dan tiga anak kita. Sisanya terserah kamu untuk memutuskan." kata Tran.
Mendengar ucapan tersebut, Cao langsung menyesal dan menangis.
"Tiba-tiba saya sangat sedih mendengar itu dari istri saya. Saya lebih suka istri saya memarahi dan menyalahkan saya. Saya mulai menyalahkan diri saya." kata Cao.
Cao akhirnya mengurungkan niatnya untuk menceraikan Tran.
"Orang-orang terus mengatakan perusahaan itu milik saya, tapi bukan. Secara hukum itu semua milik istrinya saya, meskipun dia tidak pernah meminta apa pun dari saya," ujarnya.