“Menjadi tentara adalah profesi dengan tingkat stres yang tinggi.
"Banyak tentara memilih untuk menggunakan alkohol dan stimulan untuk menghilangkan tekanan jika mereka tidak ingin menderita depresi. Namun, penyalahgunaan hal-hal ini meningkatkan risiko bunuh diri," katanya.
Sementara itu, Mark Kaplan, profesor sosiologi di UCLA Luskin School of Public Schools, mengatakan AS membuat kesalahan dengan memperlakukan masalah bunuh diri tentara hanya sebagai "krisis kesehatan mental".
Menurutnya, banyak aspek yang mempengaruhi tindakan bunuh diri yang dilakukan tentara AS, tetapi ini diabaikan.
“Banyak tentara yang bertugas aktif melakukan bunuh diri tanpa memiliki penyakit mental.
"Banyak aspek lain yang diabaikan oleh pihak berwenang, seperti penggunaan senjata api," katanya.
"Tentara dan veteran Amerika sering melakukan bunuh diri dengan pistol. Tentara adalah kelompok orang yang paling mudah dijangkau dengan senjata.
Saya pikir kita harus berpikir tentang membatasi akses tentara ke senjata di luar jam pelatihan," jelas Mark Kaplan.
Kritik terhadap pencegahan kasus bunuh diri tentara AS oleh pemerinta diungkapkan Dave Barbush, Presiden Once a Soldier (organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk membantu keluarga veteran AS melakukan bunuh diri).
Dirinyamengatakan bahwa saat ini AS memang telah mengalami kegagalan besar dalam membatasi bunuh diri tentara.