Namun akhirnya pada tahun 2011 silam para penebang semakin nekat hingga membuat salah satu mata air di Kota Cheran terancam ekosistemnya.
"Kami khawatir," ujar Margarita Elvira Romero, salah satu tokoh perlawanan masyarakat, dikutip dari BBC pada 13 Oktober 2016.
"Kalau Anda menebang pohon, air akan berkurang. Para suami kami punya ternak, ke mana mereka akan minum jika mata airnya hilang?"
Jumat 15 April 2011, pemberontakan Cheran yang juga dikenal sebagai levantamiento, dimulai.
Di jalan turunan dari hutan di luar rumah Margarita, para warga perempuan mencegat truk-truk yang akan mengangkut kayu, dan menyandera beberapa sopirnya.
Lonceng gereja El Calvario dan kembang api kemudian menyala di langit subuh, pertanda bahaya bagi masyarakat Cheran.
Warga setempat langsung berlarian untuk membantu. Suasana sangat tegang waktu itu.
"Semua orang di jalanan berlarian membawa parang," kata Melissa Fabian yang saat itu berusia 13 tahun.
"Para perempuan berlarian. Mereka semua menutup wajahnya. Anda bisa mendengar orang-orang berteriak, dan lonceng gereja berbunyi sepanjang waktu."
Kedatangan polisi bersama Walikota untuk meredam kemarahan warga pun tak membuahkan hasil.
Tak lama usai kekacauan itu, polisi dan politisi lokal diusir karena warga curiga mereka kongkalikong dengan jaringan kriminal.