Menanggapi permintaan MACC, Syed Saddiq mengatakan ia menolak tudingan korupsi, dengan menyebut uang yang hilang itu adalah tabungan hasil gaji dan tunjangannya saat menjadi menteri.
Ia juga mengaku gaji dan tunjangannya sudah banyak sehingga ia tidak paham kenapa seorang menteri harus melakukan korupsi.
"Hingga sekarang, saya tak mengerti kenapa seorang menteri perlu melakukan korupsi. Kami dibayar mahal, memiliki tunjangan tinggi, dan hal tersebut tak termasuk bonus yang kami terima," tuturnya lewat sebuah pernyataan resmi bebarapa hari setelah kejadian itu.
Syed Saddiq mengutarakan bahwa ia menerima 55.000 RM (Rp 188 juta) per bulan sebagai menteri dan perwakilan dari kota Muar.
Ia menerima beberapa tunjangan lain seperti 70.000 RM (Rp 240 juta) untuk liburan tahunan, 180 RM (Rp 615.000) untuk makan dan minum sehari-hari, serta 10.000 RM (Rp 34 juta) untuk biaya pindah rumah.
Ketua Pemuda Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) ini juga menerima bonus satu kali sebesar 42.000 RM (Rp 143 juta) demi pembelian set makan serta uang sebesar 150.000 (Rp 512 juta) setelah ia berhenti dari posisinya sebagai menteri.
Syed Saddiq mengaku bahwa ia tak pernah memberikan kontrak ke pihak lain selama menjadi menteri.
Ia kukuh mengatakan kalau semua kontrak diberikan melalui panitia tender.
Selanjutnya ia mengaku selalu melakukan tender terbuka untuk semua kontrak, dan menjadi menteri yang selalu mendeklarasikan asetnya.
Ia mengatakan tidak paham mengapa ia harus membuat laporan polisi jika uang yang hilang dari rumahnya adalah hasil korupsi.
Catatan saja, Syed Saddiq mengundurkan diri dari pemerintahan Malaysia pada akhir Februari 2020 karena "tak ingin bekerja dengan para koruptor".