Saphira secara eksklusif mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ketika itu dia baru menyadari kalau dia adalah bagian dari “organisasi teroris” karena bergabung dengan militer Israel.
“Saya menyadari selama Intifada Kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang,” kata Saphira kepada Anadolu Agency.
Dia menambahkan, militer Israel-lah yang sebenarnya meneror populasi Palestina yang berjumlah jutaan orang.
“Ketika saya menyadarinya, saya memutuskan untuk tidak hanya pergi (dari militer Israel).
Tetapi juga mengorganisasi pilot-pilot lain yang secara terbuka menolak untuk ikut serta dalam kejahatan ini,” tambah Saphira.
Saphira menuturkan, sebagai seorang anak yang tumbuh di Israel, dia mengaku dicekoki dan dibesarkan oleh doktrik militeristik Zionis yang sangat kuat.
“Anda hampir tidak tahu apa-apa tentang Palestina, Anda tidak tahu tentang Nakba (pengusiran warga Palestina dari rumahnya) pada 1948.
Anda tidak tahu tentang penindasan yang sedang berlangsung," imbuh Shapira.
Sejak hengkang dari tentara Israel, Shapira telah meluncurkan kampanye yang mendorong personel militer Israel lainnya untuk tidak mematuhi perintah menyerang warga Palestina.
Kampanye yang dilancarkan Shapira rupanya telah membuahkan hasil.