Sementara itu, Kairo mengatakan akan mengirim dua delegasi untuk memantau gencatan senjata.
Diketahui kekerasan di Gaza meletus pada 10 Mei 2021, dipicu oleh kemarahan warga Palestina atas apa yang mereka lihat sebagai pembatasan hak-hak mereka di Yerusalem, termasuk selama konfrontasi polisi dengan pengunjuk rasa di masjid Al-Aqsa selama bulan puasa Ramadhan.
Pertempuran itu membuat banyak warga Palestina di Gaza tidak bisa menandai perayaan Idul Fitri pada akhir Ramadan.
Pada hari Jumat (21/5) di seluruh Gaza, makan Idul Fitri yang tertunda diadakan sebagai gantinya.
Sementara di Israel, stasiun radio yang membawa berita dan komentar sepanjang waktu beralih kembali ke musik pop dan lagu daerah.
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk menyelamatkan Gaza yang hancur akibat serangan Israel.
Pemboman udara di daerah padat penduduk itu menewaskan 232 warga Palestina, sementara serangan roket menewaskan 12 orang di Israel selama konflik tersebut.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan 232 warga Palestina yang tewas itu termasuk 65 anak-anak. Adapun lebih dari 1.900 orang terluka.
Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, menganggap pertempuran itu sebagai perlawanan yang berhasil dari musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.
"Memang benar pertempuran berakhir hari ini tetapi (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan seluruh dunia harus tahu bahwa tangan kami berada di pemicunya dan kami akan terus mengembangkan kemampuan perlawanan ini," kata Ezzat El-Reshiq, seorang senior anggota biro politik Hamas.