Tanpa terkecuali China dan Vietnam.
Melansir dari South China Morning Post, Selasa (27/4/2021) dari sebuah majalah militer China, Naval and Merchant Ships strategi yang tempur yang pernah dicetuskan nelayan Indonesia kini dipakai oleh Hanoi.
Strategi tersebut tak lain adalah menyusun kekuatan maritim melalui beberapa kapal-kapal non militer.
"Kekuatan milisi maritim Vietnam dan aktivitas mereka di perairan dekat Hainan, Kepulauan Paracel, dan Kepulauan Spratly telah mengancam penegakan hukum maritim dan keamanan pertahanan nasional China," kata majalah itu.
"Masalah ini harus ditanggapi dengan serius dan ditangani tepat waktu", lanjutnya.
Meski demikian memang ternyata milisi maritim Vietnam ini telah menjadi bagian dari militer Hanoi sejak disahkan.
Vietnam diketahui mengesahkan undang-undang yang mengatur mengenai wewenang kepada milisi maritimnya untuk melakukan patroli maupun pengawasan wilayah.
Setidaknya tercatat sekitar 8.000 kapal penangkap ikan dan 46.000 nelayan masuk dalam bagian milisi tersebut.
Namun Naval and Merchant Ships menungkapkan setidaknya Vietnam miliki lebih dari angka tersebut atau perkiraannya mencapai 70.000.
"Ketika tidak menangkap ikan, milisi terlatih ini mengambil bagian dalam berbagai misi, terkadang bekerja sama dengan angkatan laut Vietnam," lapor majalah tersebut lagi.