Sosok.ID - Aksi teroris seminggu belakangan, telah meningkatkan keresahan masyarakat Indonesia.
Pada Minggu (28/3/2021), sepasang teroris mencoba masuk ke Gereja Katedral Makassar.
Penjaga keamanan mencegah dua teroris tersebut masuk, dan mereka meledakkan diri di depan pintu gerbang Gereja Katedral Makassar.
Belasan orang terluka akibat aksi bom bunuh diri tersebut. Sementara seorang penjaga keamanan yang mencegah, turut menderita luka bakar.
Berselang 3 hari kemudian pada 31 Maret 2021, teroris perempuan berideologi ISIS melakukan serangan di Mabes Polri.
Baca Juga: Payudaranya Meledak karena Bom, Pengantin ISIS ini Luntang-luntung Ingin Pulang Kampung
Sederet peristiwa tersebut meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan aparat.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersama Polda Metro Jaya menggrebek sejumlah kediaman terduga teroris untuk menindaklanjuti aksi teroris tersebut.
Mereka menggerebek rumah terduga teroris di daerah Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (29/3/2021).
Melansir Kompas.com via GridHot.ID, Kapolri Jenderal Listyo Sigt mengatakan penggrebekan itu berkaitan dengan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (18/3/2021).
Densus 88 berhasil mengamankan empat terduga teroris dan sejumlah barang bukti termasuk lima bom aktif dan 3,5 kg bahan peledak.
Bahan peledak tersebut tergolong sebagai bom high explosive dengan sensitivitas tinggi.
Menurut petugas, bom dengan triperoxide triasetone TATP yang ditemukan ini memiliki ciri khas mudah terbakar, dengan hanya gesekan, panas dan lainnya.
Secara umum bom jenis ini dikenal dengan nama Mother of Satan atau dikenal juga sebagai "Ibu Setan".
Bom ini memiliki sifat mudah meledak, dan tidak mudah dideteksi.
Mantan Kapolri Jendral Tito Karnavian pernah mengungkapkan karakteristik bom ini.
"Bahan peledak berjenis bubuk putih ini nama sebenarnya dalah peroksida aseton," kata Tito dalam jumpa pers saat terjadi Bom 14 Mei 2018 silam.
"Turunannya dapat meledak hanya karena terkena panas, gesekan atau goncangan. Bukan hanya karena tombol dipencet," lanjutnya, dilansir dari Tribunnews.com.
Bom jenis ini ternyata juga digunakan oleh ISIS dalam serangkaian serangan yang dilancarkannya di Irak dan Suriah.
Lalu mengapa ISIS dan kelompok teror di Indonesia menggunakannya?
Dikutip dari Ajc.com, bom yang disebut 'Mother Of Satan' itu digunakan karena volatilitas dan kapasitas untuk kerusakan ekstrem selama beberapa waktu.
Hal inilah yang menjadi senjata pilihan bagi para teroris seperti dijelasakan melalui The Washington Post.
Bom ini adalah senjata yang tidak terlihat dalam situasi medan perang, tetapi digunakan secara luas oleh ISIS dan organisasi teror lainnya. (*)