Jika umumnya teroris wanita berperan sebagai pendukung 'pejuang' pria, ISIS tak memberlakukan hal serupa. Justru anggota perempuan akan mengambil aksi besar.
Melansir Kompas.com, alih-alih bertugas sebagai support system, anggota perempuan juga menjadi martir dalam aksi-aksi teror, seperti tertulis dalam buku Tackling Terrorists' Exploitation of Youth karya Jessica Trisko Darden pada 2019.
"Wanita dan anak-anak perempuan merupakan mayoritas pelaku bom bunuh diri Boko Haram, dan kira-kira seperlima dari mereka adalah anak kecil," tulis buku tersebut.
Boko Haram adalah salah satu grup militan terbesar di Afrika yang bermarkas di Nigeria. Karena kedekatannya dengan ISIS, Boko Haram juga disebut Negara Islam Provinsi Afrika Barat.
Lebih lanjut, buku tersebut menjelaskan bahwa ISIS sengaja merekrut perempuan berusia 18 hingga 25 tahun untuk menjadi bagian dari sebuah unit yang dikenal dengan istilah 'Brigade Al-Khansaa'.
"Unit ini menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk menerapkan hukum syariah".
Kisah Aqsa Mahmood
Sama seperti Zakiah Aini, Aqsa Mahmood juga memutuskan meninggalkan dunianya demi menjadi 'pejuang' ISIS.
Bahkan, kisah mengenai Aqsa sempatmenjadi kontroversi dunia di tahun 2013/2014.
Bagaimana tidak, wanita berparas menawan dari Skotlandia ini kabur dari rumah demi bergabung dengan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di suriah.